Welcome to Kavtania's Blog

Melewati sisi waktu yang tak terhenti, bernaung dalam ruang yang tak terbatas, untuk sebuah pemahaman yang tak berujung ...
Follow Me

Pada malam hari dalam suatu perjalanan yang panjang, seorang Pencari-Kebenaran resah dalam mencari Tuhan. Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang lalu dia berkata: “Inilah Tuhanku“, tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: “Saya tidak suka kepada yang tenggelam“. Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: “Inilah Tuhanku.” Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: “Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat.” Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: “Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar.” Maka tatkala matahari itu terbenam, dia sadar lagi bahwa Tuhan harusnya tidak demikian. Cerita indah tersebut seperti diabadikan dalam Al-Quran (Al-An’am: 75-78), dan Pencari Kebenaran tersebut adalah yang mulia Nabi Ibrahim as. dalam perjalanan hijrahnya ke Palestina.

Semua itu memberikan pelajaran bahwa dalam menemukan Tuhan bisa jadi melewati proses yang panjang, namun akal sehat haruslah tetap menjadi panduan. Karena secara rasional Tuhan haruslah berkuasa mutlak, tidak tergantung pada apapun.

Akal adalah modal Awal
Tuhan melengkapi manusia dengan akal, dibandingkan dengan mahkluk lain akal manusia adalah yang paling sempurna. Tentunya dengan akal tersebut manusia mampu berpikir untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah, bahkan yang lebih utama tujuan Tuhan memberi akal pada manusia adalah agar manusia bisa mengenal Tuhan yang menciptakannya. Akal adalah modal awal untuk menemukan Tuhan secara rasional.

Akal manusia memang terbatas, namun bukan berarti dengan keterbatasan itu menjadikan kita buta untuk menemukan Tuhan secara rasional. Ada pendapat yang mengatakan bahwa manusia tidak mungkin bisa menemukan Tuhan dengan akalnya karena ilmu mengenai Tuhan itu sangat rumit, abstrak dan di luar akal manusia, ini adalah pendapat yang tidak benar, karena yang perlu kita fikirkan bukanlah mengenai Dzat Tuhan tetapi hanya untuk mengenal bagaimana sifat-sifat Tuhan yang seharusnya ada, untuk memilah mana Tuhan sejati diantara tuhan-tuhan yang lain..

Percaya bahwa Tuhan itu ada dan mengenal sifat-sifatnya tidak bisa hanya diterima secara dogmatis begitu saja, namun harus dikritisi secara rasional, karena Tuhan melengkapi manusia dengan akal yang cukup.

Untuk menghindari kerancuan logika dalam berfikir kita harus bisa membedakan tiga kondisi logis berikut:

Rasional – Jika fenomena tersebut dengan mudah dapat diterima akal sehat, sesuatu yang memang masuk akal.
Irasional – Jika suatu fenomena yang dengan akal sehat menunjukkan sesuatu yang tidak mungkin terjadi, dengan kata lain adalah sesuatu yang jelas tidak masuk akal atau mustahil.
Out of Rasio – Jika suatu fenomena tidak dapat di terangkan secara rasional karena keterbatasan pikiran kita, sesuatu yang tidak pernah dialami manusia, tidak bisa dipikirkan, bahkan tidak mampu untuk dibayangkan. Salah satu contoh Out of Rasio adalah kondisi atau keadaan ‘diluar’ Ruang-Waktu.

Kesalahan yang sering terjadi saat berfikir dalam menemukan Tuhan adalah menganggap fenomena yang sebenarnya jelas-jelas irasional namun dipaksakan sebagai Out of Rasio atau dengan dalih dogma atau itu sudah terberikan (given) sehingga tidak perlu dikritisi.

Berikut adalah beberapa sifat-sifat Tuhan yang wajib ada, tanpa sifat-sifat yang wajib ini adalah tidak layak jika tuhan tersebut kita puja sebagai Tuhan.

1. Tuhan itu Ada
Adanya Jagat Raya ini, beserta Ruang-Waktu yang melingkupinya tidaklah mungkin ada dengan sendirinya tanpa Grand Design yang detail dan akurat. Bahkan seperti telah dibahas panjang lebar pada posting sebelumnya, bahwa tidak mungkin peristiwa Big-bang dan terjadinya beberapa tetapan Alam yang akurat dan harmonis seperti sekarang ini tanpa campur tangan kekuatan supernatural dengan inteligensi yang sangat sangat tinggi.
Berkaitan dengan terciptanya Jagat Raya yang akurat dan harmonis ini, seorang profesor astronomi Amerika, George Greenstein menulis dalam bukunya The Symbiotic Universe: “Ketika kita mengkaji semua bukti yang ada, pemikiran yang senantiasa muncul adalah bahwa kekuatan supernatural pasti terlibat.”

“Yang bersifat demikian ialah Allah, Tuhan kamu yang mencipta tiap-tiap sesuatu dari tiada menjadi ada; tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia; maka bagaimana kamu dapat dipalingkan daripada menyembah Nya?” (QS: Ghafir, Ayat: 62)

Tuhan tidak ada yang menjadikan-Nya dan tidak pula Tuhan menjadikan diri-Nya sendiri. Adanya Tuhan tidak diduhului dengan tiada dan tidak diakhiiri dengan tiada pula. Eksistensi Tuhan adalah mutlak, tidak dibatasi Ruang-Waktu, juga tidak dibatasi dimensi-dimensi yang lain jika ada.

2. Tuhan yang Awal dan Yang Akhir
Jagat Raya kita mempunyai usia sekitar 15 miliar tahun, setua Ruang-Waktu yang melingkupinya dan akan berakhir dalam waktu dekat atau beberapa miliar tahun kedepan. Sain modern telah mengkonfirmasikan hal ini. Artinya Jagat Raya kita ini adalah fana, demikian juga Ruang-Waktu. Tuhan sebagai Pencipta Jagat Raya haruslah abadi. Bahkan secara rasional Dia haruslah ada sebelum semuanya ada dan akan tetap ada setelah semuanya berakhir. Hal ini dimungkinkan jika eksistensi Tuhan tidak didalam Ruang-Waktu, karena Ruang-Waktu hanyalah media yang diperlukan oleh materi dan mahkluk-Nya yang lain untuk eksis. Tuhan bisa tetap eksis tanpa perlu Rang-Waktu.
Karena Tuhan diluar Ruang-Waktu maka baginya adalah sama saja mengenai yang dulu, yang sekarang atau yang akan datang, yang disana, yang disini, yang jauh atau yang dekat semuanya telah diketahui Nya, dan semua dalam gengam kekuasaan Nya, Subhanallah.

“Dialah Yang Awal dan Yang Akhir Yang Zhahir dan Yang Bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS: Al-Hadiid, Ayat: 3)

3. Tuhan yang Kekal Abadi
EternalClockSegala sesuatu yang eksis didalam Rang-Waktu, akan berlaku sifat Waktu seperti Sebelum, Sesudah, Lama atau Baru, dan akhirnya akan binasa dan lenyap, karena Ruang-Waktu sendiri nantinya juga akan lenyap, Sedangkan Tuhan yang eksistensinya tidak didalam Ruang-Waktu, secara rasional tidak akan berlaku hukum Waktu karenaya Tuhan akan abadi.

“Segala sesuatu akan binasa (lenyap) kecuali Dzat-nya.” (QS. Qoshos, Ayat:88)

Dengan ini secara rasional bisa dipahami bahwa segala sesuatu yang diaggap tuhan oleh manusia namun eksistensinya di Bumi, di langit, atau dimanapun di sudut Jagat Raya ini maka pasti akan binasa. Adalah irasional jika tuhan-tuhan tersebut bisa abadi, karena tuhan-tuhan tersebut pasti akan mati paling lama akan mati bersamaan dengan hancurnya Jagat Raya atau runtuhnya Ruang-Waktu, sehingga akan menjadi kebodohan jika kita bersikukuh tetap menyebut mereka sebagai Tuhan. Tuhan harusnya abadi, tidak pernah tidur, dan tidak akan mati ..

4. Tuhan yang tidak sama dengan ciptaan Nya
Secara rasional tentu pencipta berbeda dengan semua ciptaan Nya, berbeda dalam hal Dzat Nya, berbeda sifat-sifat Nya dan juga berbeda dalam perbuatan. Kita dan Jagat Raya ini adalah fana, terkungkung dalam media Ruang-Waktu, dibatasi dengan hukum-hukum Alam yang berlaku.

Tuhan adalah sang Pencipta, eksistensi Tuhan tidak memerlukan Ruang dan tidak didalam Waktu, bersifat Mutlak, tidak dibatasi apapun, tentu wujud Nya tidak bisa kita fikirkan, atau kita bayangkan, Out of Rasio.

“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Asy-Syura, Ayat:11)

5. Tuhan yang Independent 
Tuhan harusnya mandiri bebas dapat melakukan apapun, tidak tergantung atau berkepentingan pada apapun yang lain, sebaliknya kalau dia masih tergantung pada sesuatu yang lain berarti tuhan mempunyai kelemahan.

“Sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak berkepentingan apa-apa pun) pada sekalian alam.” (QS. al Ankabut, Ayat:6)

Kekuasaan Tuhan juga tidak akan bertambah atau berkurang karena perbuatan mahkluk ciptaan Nya. Misalnya jika semua manusia dibumi ini tidak ada yang patuh pada Tuhan, maka kekuasaan Tuhan tidak akan berkurang sedikitpun, begitupula sebaliknya.

6. Tuhan yang Esa
Kalau kita perhatikan kertalaan Jagat Raya yang harmonis ini, Tetapan-tetapan fisika yang sangat akurat, kekuatan Gaya-gaya fundamental alam yang seimbang, semua mengarah pada satu Grand Design yang canggih, satu rencana yang sangat-sangat matang. Maka tampaklah bahwa semua itu berasal dari satu sumber yang sama, yaitu satu pencipta supernatural yang sempurna, Dia adalah Allah, Tuhan sekalian alam.

“Dan Tuhan kamu ialah Tuhan yang Esa, tiada tuhan selain Dia yang Maha Pemurah lagi Maha Pengasih”. (QS al Baqarah, Ayat: 163)

Seadainya tuhan itu ada dua, maka ada kalanya mereka bekerjasama dan adakalanya mereka tidak bekerjasama. Jika bekerjasama, maka tampaklah sifat lemah pada kedua tuhan tersebut karena mereka perlu untuk saling tolong menolong dalam mengerjakan sesuatu, juga tolong menolong menunjukkan jika tuhan-tuhan tersebut tidak ada yang berkuasa mutlak. Sebaliknya jika mereka tidak bekerjasama, tentu Jagat Raya ini akan kacau balau, karena banyak tetapan-tetapan Alam yang tidak sinkron, hukum-hukum alam yang saling bertentangan, maka kacaulah Jagat Raya.

“Seandainya di langit dan dibumi ada tuhan-tuhan selain Allah, niscaya langit dan bumi akan rusak.”. (QS. Al Anbiya, Ayat:22)

7. Tuhan yang berkuasa Mutlak
Tuhan harus mempunyai kekuasaan yang mutlak dan tak terbatas, baik kekuasaan di Jagat Raya ini maupun kekuasan di ‘luar’ Ruang-Waktu. tidak ada sesuatupun yang lebih berkuasa diatas Dia, karena jika ada sesuatu yang lebih berkuasa diatas Nya, secara rasional tentu sesuatu itulah yang lebih pantas disebut Tuhan.

Berkuasa mutlak juga berarti tidak ada sesuatupun yang dapat membatasinya. Dimensi Ruang-Waktu adalah salah satu batas buat Materi di Jagat Raya ini, tidak ada Materi yang bisa lolos dari Ruang-Waktu. Jadi secara rasional eksistensi Tuhan haruslah diluar Ruang-Waktu

“Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.”. (QS. Al-Baqarah, Ayat:20)

Adalah suatu hal yang irasional jika ada yang berpendapat bahwa tuhan dapat hadir di Jagat Raya ini sebagai manusia atau apapun wujudnya, bahkan Jagat Raya yang diameternya sekitar 30 miliar tahun perjalanan cahaya inipun tidak akan mampu untuk menghadirkan Tuhan yang tak terbatas..

Demikianlah beberapa sifat-sifat Wajib Tuhan yang utama, sifat yang satu secara logis diperkuat dan disempurnakan dengan sifat Wajib yang lain. Dengan mengetahui sifat-sifat Wajib Tuhan secara logis seperti diatas, diharapkan kita bisa menentukan dan memilah mana tuhan-tuhan yang irasional dan mana Tuhan yang rasional.

Kalau di telaah lebih dalam, sebenarnya masih banyak sifat-sifat wajib Tuhan yang lain namun demikian dengan sifat-sifat Tuhan yang diuraikan di atas telah cukup kiranya digunakan sebagai penuntun untuk menemukan Tuhan yang hakiki, yang kita wajib tunduk, beribadah, dan mengabdikan hidup dan mati kita kepada Nya..

Wallahu a'lam bishowab

Sumber: Ardian Abu Hanifah

Pada suatu saat saya berkesempatan berdiskusi dengan seorang atheis, bukan agnostik. Dia menanyakan rasionalisasi peristiwa Isra' Mi'raj. Menganggapnya sebagai peristiwa yang tidak mungkin, tidak masuk akal. Meminta untuk menunjukkan secara ilmiah disertai dengan pembuktiannya.

Lalu saya memberikan soal matematika yang terlihat sederhana untuk dia selesaikan, sebagai berikut:
Jika p salah satu akar dari persamaan x²- 2x + 3 = 0, berapa nilai dari p³ - p = ...

Dia menanyakan apa hubungannya peristiwa Isra' Mi'raj dengan soal matematika tersebut. Saya katakan, "Selesaikan saja.". Lalu dia mencoba menyelesaikan soalnya.

Selang beberapa jam, dia bilang soalnya tidak bisa diselesaikan. Dia bertanya: "Akarnya kan ada 2, yang anda maksud p³  - p untuk akar yang mana?"

"Selesaikan menurut perhitungan anda. Terserah anda", jawab saya.

Beberapa jam kemudian dia kembali dengan mengatakan:
"Soalnya sulit untuk diselesaikan bahkan menurut saya tidak mungkin bisa diselesaikan karena di samping akarnya imajiner, hasilnya pasti ada dua karena x₁ dan x₂ berbeda".

"Sepertinya anda salah memberikan soal. Persamaan kuadrat yang anda maksud mungkin x² - 2x - 3 = 0, bukan x² - 2x + 3 = 0", dia mulai menyalahkan soalnya.

Saya bilang, "Soalnya sudah benar". Lalu saya berikan waktu sehari untuk menyelesaikan soal tersebut ke dia, dan dia menanggapi nya.

Esok harinya dia kembali menghubungi dan mengatakan masih belum bisa menyelesaikan soal tersebut. Bahkan dia semakin yakin bahwa soalnya salah sehingga tidak didapatkan jawaban nya. Sebab sudah berlembar-lembar kertas coretan dia habiskan untuk menyelesaikan soal tersebut.

Akhirnya saya berikan jawabannya yang hanya memuat 3 baris penyelesaian.

Setelah melihat penyelesaian jawabannya, dia berguman: "Iya ya, koq saya gak kepikiran seperti itu menyelesaikannya."

Sejenak kemudian dia bilang, "Oke mas, saya akui saya keliru. Anda benar. Bukan soalnya yang salah tapi saya belum menemukan cara menyelesaikannya dengan benar."

"Lalu apa hubungannya dengan pertanyaan saya kemarin terkait peristiwa Isra' Mi'raj?", tanya dia selanjutnya.

"Seperti halnya saya sudah yakin bisa menyelesaikan soal matematika tersebut karena sudah memahami ilmu nya, maka untuk memahami kebenaran peristiwa Isra' Mi'raj, anda mesti paham ilmu nya terlebih dahulu. Anda 'belum nyampe' ilmu Isra' Mi'raj nya sehingga anda berkesimpulan peristiwa tersebut tidak masuk akal, bahkan tidak mungkin terjadi", jelas saya.

Kemudian saya lanjutkan penjelasannya, "Seperti halnya penjelasan ilmiah bagaimana cara Rakib dan Atid mencatat amalan kita, sebenarnya bisa saja saya menjelaskan secara ilmiah pula menggunakan ilmu fisika kuantum dan pendekatan sains lainnya atas peristiwa Isra' Mi'raj tersebut. Namun tanpa KEYAKINAN dari anda bahwa peristiwa itu benar-benar terjadi, maka anda akan cenderung menyanggah bahkan menolak lebih awal penjelasannya".

"Jika anda ingin membuktikan kebenarannya, maka anda harus yakin terlebih dahulu bahwa kebenaran itu ada. Seorang Nikola Tesla mampu menemukan Wireless Electricity setelah Tesla begitu yakin bahwa listrik bisa dialirkan tanpa kabel meski Tesla harus mengalami berkali-kali kegagalan eksperimen tersebut," lanjut saya.

"Keyakinan tak mesti mencegah kebebasan pada kita untuk berpikir, menggunakan potensi akal yang luar biasa. Namun keyakinan seharusnya justru membawa kita pada suasana akal yang mudah dibawa menuju nilai-nilai kebenaran dengan metode yang benar pula. Keyakinan akan membawa kita pada cara berpikir yang teratur, sistematis dan ilmiah. Bukankah dalam sains juga hipotesis yang dulu dianggap sebagai sebuah kemustahilan pada waktu kemudian menjadi sebuah kenyataan?" saya menutup penjelasan.

Setelah mendapatkan penjelasan, dia akhirnya bisa menyadari pola pikirnya yang selama ini keliru. Sebab selama ini dia menganggap keyakinan justru menghambat kebebasan berpikir.

Dia malah meminta kepada saya untuk tidak perlu lagi menjelaskan secara ilmiah tentang peristiwa Isra' Mi'raj tersebut. Dia ingin membuktikan nya sendiri. Tentunya dengan KEYAKINAN BARU.

“Allah akan mengangkat kedudukan orang-orang yang beriman dan diberikan ilmu di antara kalian beberapa derajat. Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan.” (QS. Al Mujadilah [58]: 11)

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Aali ‘Imraan [3]: 190-191).

[Seperti yang diceritakan oleh Nukes]

Obyektifitas dapat terukur dari ketidakenakan dan keengganan kita mengkritisi diri sendiri dan orang-orang yang secara emosional dekat dengan kita.

Jika ketidakobyektifan ini menjadi kebiasaan dan diwajarkan, maka kecenderungan untuk berlaku adil semakin memudar.

Perilaku adil yang dilandasi persatuan dan kemauan yang tinggi pada nilai-nilai musyawarah menjadi gerbang utama mencapai kemakmuran.

Memahami konsep keadilan pada manusia diawali dari pemahaman yang mendalam pada nilai-nilai keadilan yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia. Tuhan pula yang mengajarkan manusia untuk tidak berpecah belah walau dalam suasana perbedaan dengan cara mengedepankan musyawarah.

Jika ketidakadilan berlaku pada sebuah bangsa, maka kreatifitas hampir dipastikan akan terbunuh. Dan jika kemakmuran mensyaratkan kreatifitas, maka kemakmuran tidak akan terwujud tanpa keadilan.

Sehingga dapat disimpulkan sementara bahwa ketidakobyektifan berfikir sangat dipengaruhi oleh suasana hati. Ketidakobyektifan ini mengakibatkan ketidakadilan kemudian menyebabkan terjadinya perpecahan dan pemaksaan kehendak yang berujung pada kehancuran dan ketidakmamuran.

Mungkin para pendiri negeri ini sudah amat memahami konsep ini sehingga Pancasila memberikan 5 dasar yang dimulai dengan sila "Ketuhanan Yang Maha Esa" kemudian diikuti dengan "Kemanusiaan yang adil dan beradab", "Persatuan Indonesia", "Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan", dan diakhiri dengan "Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia".

Para pendiri bangsa Yang dominan muslim amat memahami bahwa perilaku mentauhidkan Tuhan, perilaku adil, persatuan, dan musyawarah untuk mewujudkan kemakmuran adalah esensi dari ajaran Islam dalam konteks hubungan kemanusiaan.

Apakah nilai-nilai ini masih ada pada diri kita semua?

Sebelum berbagi pemahaman kepada yang lain, yuk memulai target kemakmuran dengan mengawalinya dari perilaku obyektif pada diri sendiri dan orang tercinta sekitar kita.

Berdamailah pada diri sendiri atas segala kekeliruan yang telah dan selalu diingatkan oleh hati nurani.

Untuk dapat menciptakan kesejahteraan dan keadilan sosial harus mengutamakan musyawarah. Untuk terbiasa musyawarah harus tercipta persatuan. Untuk bisa bersatu harus memiliki sikap adil dan beradab. Dan pada akhirnya sikap adil dan beradab akan terwujud jika kita berketuhanan kepada Yang Esa dengan menjalankan ajaran agama dengan benar.

Wallahu a'lam...

Contact Form

Name

Email *

Message *

Labels

Translate

Revolusi Akal dan Hati

Melewati sisi waktu yang tak terhenti, bernaung dalam ruang yang tak terbatas, untuk sebuah pemahaman yang tak berujung ...

Total Pageviews