Welcome to Kavtania's Blog

Melewati sisi waktu yang tak terhenti, bernaung dalam ruang yang tak terbatas, untuk sebuah pemahaman yang tak berujung ...
Follow Me
Menurut KBII definisi resesi adalah sebagai berikut:
resesi/re·se·si/ /résési/ n kelesuan dl kegiatan dagang, industri, dsb (seolah-olah terhenti); menurunnya (mundurnya, berkurangnya) kegiatan dagang (industri): -- telah menimbulkan pengangguran di negara-negara industri; -- ekonomi, kelesuan ekonomi

Sementara itu, dalam ekonomi makro, resesi atau kemerosotan adalah kondisi ketika produk domestik bruto (GDP) menurun atau ketika pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal atau lebih dalam satu tahun. Resesi dapat mengakibatkan penurunan secara simultan pada seluruh aktivitas ekonomi seperti lapangan kerja, investasi, dan keuntungan perusahaan. Resesi sering diasosiasikan dengan turunnya harga-harga (deflasi), atau, kebalikannya, meningkatnya harga-harga secara tajam (inflasi) dalam proses yang dikenal sebagai stagflasi. Resesi ekonomi yang berlangsung lama disebut depresi ekonomi. Penurunan drastis tingkat ekonomi (biasanya akibat depresi parah, atau akibat hiperinflasi) disebut kebangkrutan ekonomi (economy collapse). Kolumnis Sidney J. Harris membedakan istilah-istilah atas dengan cara ini: "sebuah resesi adalah ketika tetanggamu kehilangan pekerjaan; depresi adalah ketika kamu yang kehilangan pekerjaan"

Menurut sudut pandang rumah tangga produksi-konsumsi, maka secara sederhana, resesi terjadi ketika kegiatan produksi dan konsumsi dalam suatu ekonomi mengalami penurunan. Orang-orang (konsumen) mengurangi konsumsinya. Akibatnya produsen pun terpaksa mengurangi produksinya. Pengurangan produksi ini biasanya akan menimbulkan rasionaliasi pekerja (alias PHK). Ini sebabnya mengapa biasanya resesi itu selalu terkait dengan tingkat pengangguran yang relatif tinggi.

Asumsi atau target Ekonomi Makro dalam APBNP 2015 adalah sebagai berikut:
1. Pertumbuhan Ekonomi 5,7%
2. Inflasi 5,0%
3. Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,2%
4. Nilai Tukar Rp 12.500/USD
5. Harga Minyak Mentah Indonesia 60 USD/Barrel
6. Lifting Minyak Indonesia 825 Ribu Barel/hari
7. Lifting Gas Indonesia 1.221 Ribu Barel setara minyak/hari

Sementara itu Indikator Kesejahteraan dan Target Pembangunan adalah:
1. Tingkat Kemiskinan 10,3%
2. Gini Ratio (indeks) 0,40
3. Tingkat Pengangguran 5,6%
4. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 69,4%

Sekarang mari kita lihat update data beberapa indikator tersebut yang bisa kita pantau selama pemerintahan Jokowi:

PERTUMBUHAN EKONOMI (Target 5,7%)
Triwulan I-2015 4,71% -> tidak tercapai 0,99%

Ekonomi Indonesia triwulan I-2015 terhadap triwulan I-2014 tumbuh 4,71 persen (y-on-y) MELAMBAT dibanding periode yang sama pada tahun 2014 sebesar 5,14 persen.
Ekonomi Indonesia triwulan I-2015 terhadap triwulan sebelumnya TURUN sebesar 0,18 persen (q-to-q).

Sumber: Data Pertumbuhan Ekonomi

INFLASI (5,0%)
Jan-15 6,96% -> tidak tercapai 1,96%
Feb-15 6,29% -> tidak tercapai 1,29%
Mar-15 6,38% -> tidak tercapai1,38%
Apr-15 6,79% -> tidak tercapai 1,79%

Sumber: Data Inflasi

NILAI TUKAR (Target Rp 12.500/USD)
30-Jan-15 Rp 12.688 -> tidak tercapai Rp 188
27-Feb-15 Rp 12.927 -> tidak tercapai Rp 427
31-Mar-15 Rp 13.149 -> tidak tercapai Rp 649
30-Apr-15 Rp 13.002 -> tidak tercapai Rp 502

Sumber: Data Nilai Tukar Rupiah

TINGKAT PENGANGGURAN (Target 5,6%)
Februari 2015 5,8% -> tidak tercapai 0,20% (minus 0,20%)

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Februari 2015 sebesar 5,81 persen MENURUN dibanding TPT Agustus 2014 (5,94 persen), dan MENINGKAT dibandingkan TPT Februari 2014 (5,70 persen).

Sumber: Data Tingkat Pengangguran

Data-data tersebut mengindikasikan bahwa pemerintah Jokowi belum mencapai target Asumsi Ekonomi Makro dan Indikator Kesejahteraan dan Target Pembangunan untuk parameter Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Tingkat Pengangguran. Untuk parameter lain, saya belum mendapatkan data update (silakan rekan-rekan membantu menemukan datanya). Namun berita-berita berikut cukup membuat _'sport jantung' masyarakat tentunya:

Potensi krisis ekonomi terulang:
http://finansial.bisnis.com/read/20150527/11/437467/awas-tanda-krisis-moneter-1998-terulang-kembali-kian-nyata

Rupiah anjlok kian dalam, lebih lemah dibandingkan masa kritis saat dihantam krisis global: 
http://finance.detik.com/read/2014/12/16/185646/2779456/6/ahok-kalau-rupiah-terpuruk-artinya-kamu-gagal-berkompetisi

Ekonomi tumbuh lesu:
http://www.tribunnews.com/bisnis/2015/05/08/pertumbuhan-ekonomi-menurun-pemerintah-jangan-salahkan-as

Pengangguran meningkat:
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/05/21/095412926/Ekonomi.Lesu.Ratusan.Ribu.Pekerja.Kena.PHK

Developer terjepit:
http://bisnis.tempo.co/read/news/2015/05/23/090668720/ekonomi-melambat-kuartal-i-bisnis-properti-lesu

Laba bank tergerus:
http://bisnis.tempo.co/read/news/2015/05/23/090668720/ekonomi-melambat-kuartal-i-bisnis-properti-lesu

Daya beli turun, artinya rakyat kian miskin:
http://www.rri.co.id/post/berita/120369/ekonomi/daya_beli_menurun_penjual_lesu_berdagang.html

Seperti yang telah dijelaskan di awal bahwa resesi terjadi ketika produk domestik bruto (GDP) menurun atau ketika pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal atau lebih dalam satu tahun. Pemerintah Jokowi harus punya solusi dan langkah strategis untuk segera mencapai target pembangunan.

Semoga saja belum tercapainya beberapa indikator ekonomi makro, kesejahteraan dan target pembangunan selama kuartal ke-1 ini tidak berlanjut ke kuartal-kuartal berikutnya yang menyebabkan negara ini terpuruk dalam jurang resesi, depresi atau bahkan economy collapse. Aamiin ...

Ayo semangat Pak Jokowi. Kerja ... Kerja ...


Mengikuti perkembangan 'kasus' beras plastik hingga pagi ini saya disuguhi oleh berita perbedaan hasil uji laboratorium antara BPOM dan SUCOFINDO menggelitik saya untuk menulis lagi kisah inspiratif dan rumusan solusi sederhana untuk menemukan kebenaran yang dianggap sangat ilmiah dan bikin njimet bagi orang awam bahkan seorang ilmuwan berpendidikan. Sebelum saya mengulas polemik dan uji sederhana beras plastik, marilah terlebih dahulu kita menyimak 3 (tiga) kisah berikut.

1. Uji Kotak Sabun
Satu perusahaan kosmetik yang terbesar di Jepang menerima keluhan dari pelanggan yang mengatakan bahwa ia telah membeli kotak sabun yang kosong. Dengan segera para pimpinan perusahaan menceritakan masalah tersebut ke bagian pengepakan yang bertugas untuk memindahkan semua kotak sabun yang telah dipak ke departemen pengiriman. Karena suatu alasan, ada satu kotak sabun yang terluput dan mencapai bagian pengepakan dalam keadaan kosong.
Tim manajemen meminta para teknisi untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan segera, para teknisi bekerja keras untuk membuat sebuah mesin sinar-X dengan monitor resolusi tinggi yang dioperasikan oleh dua orang untuk melihat semua kotak sabun yang melewati sinar tersebut dan memastikan bahwa kotak tersebut tidak kosong. Tak diragukan lagi, mereka bekerja keras dan cepat tetapi biaya yang dikeluarkan pun tidak sedikit.

Tetapi saat ada seorang karyawan di sebuah perusahaan kecil dihadapkan pada permasalahan yang sama, ia tidak berpikir tentang hal-hal yang rumit, tetapi ia muncul dengan solusi yang berbeda. Ia membeli sebuah kipas angin listrik untuk industri yang memiliki tenaga cukup besar dan mengarahkannya ke garis pengepakan. Ia menyalakan kipas angin tersebut, dan setiap ada kotak sabun yang melewati kipas angin tersebut, kipas tersebut meniup kotak sabun yang kosong keluar dari jalur pengepakan.

2. Alat Tulis Astronot
Pada saat NASA mulai mengirimkan astronot ke luar angkasa, mereka menemukan bahwa pulpen mereka tidak bisa berfungsi di gravitasi nol, karena tinta pulpen tersebut tidak dapat mengalir ke mata pena. Untuk memecahkan masalah tersebut, mereka menghabiskan waktu satu decade dan 12 juta dolar. Mereka mengembangkan sebuah pulpen yang dapat berfungsi pada keadaan-keadaan seperti gravitasi nol, terbalik, dalam air, dalam berbagai permukaan termasuk kristal dan dalam derajat temperatur mulai dari di bawah titik beku sampai lebih dari 300 derajat Celcius. Space Pen akhirnya ditemukan oleh adalah Paul C. Fishe dang dianggap sebagai penemuan yang luar biasa karena memang dapat dipakai menyamping, terbalik, di bawah air, dan dalam suhu ekstrim. Paul C. Fisher, bukanlah seorang insinyur ruang angkasa tapi produsen alat tulis yang mengembangkan pena tersebut dengan menggunakan uangnya sendiri. Ia mengajukan dan menerima paten untuk idenya, kemudian menjual versi aslinya untuk NASA dan program ruang angkasa Rusia.

Dan apakah yang dilakukan para orang Rusia? Mereka menggunakan pensil!

Kisah yang dikenal dengan Pensil Astronot ini pernah dimuat dalam Film 3 Idiots yang sangat inspiratif.



3. Antrian Lift
Pada suatu hari, seorang pemilik apartemen menerima komplain dari pelanggannya. Para pelanggan mulai merasa bahwa waktu tunggu mereka di pintu lift terasa lama seiring bertambahnya penghuni di apartemen itu. Sang pemilik apartemen mengundang sejumlah pakar untuk memecahkan masalah tersebut. Seorang pakar menyarankan agar menambah sejumlah lift. Pakar yang lain meminta pemilik untuk mengganti lift dengan yang lebih cepat dengan asumsi bahwa semakin cepat lift, orang yang terlayani akan banyak. Kedua saran tersebut tentu memerlukan biaya yang tidak sedikit. Dan tentu saja belum tentu bernilai ekonomis dengan kondisi bisnis apartemen yang dimilikinya.

Namun ada seorang biasa yang hanya menyarankan satu hal. Inti dari komplain pelanggan adalah mereka merasa menunggu terlalu lama. Maka dia menyarankan kepada sang pemilik apartemen untuk menginvestasikan sebuah kaca cermin yang cukup besar di depan lift, supaya perhatian para pelanggan teralihkan dari pekerjaan “menunggu” dengan harapan akan beraktivitas di depan cermin sehingga meraka merasa "tidak menunggu lift”. Dan ternyata ide tersebut berhasil.

Moral dari ketiga cerita tersebut adalah sebuah filosofi yang disebut KISS (Keep It Simple Stupid), yaitu selalu mencari solusi yang sederhana, sehingga bahkan orang awam sekali pun dapat melakukannya. Cobalah menyusun solusi yang paling sederhana dan memungkinkan untuk memecahkan masalah yang ada. Maka dari itu, kita harus belajar untuk fokus pada solusi daripada pada berfokus pada masalah. "Bila kita melihat pada apa yang tidak kita punya di dalam hidup kita, kita tidak akan memiliki apa-apa. Tetapi bila kita melihat pada apa yang ada di tangan kita, kita memiliki segalanya".

Uji Beras Plastik
Pemerintah bisa jadi sudah mengeluarkan dana tak sedikit untuk melakukan uji beras plastik ke BPOM. Begitu pula dengan SUCOFINDO yang sudah kita kenal sebagai perusahaan kredibel dalam uji komposisi material juga sudah mengeluarkan dana dan waktu yang tak sedikit. BPOM memberikan hasil negatif pada uji beras plastik, sementara sebaliknya, SUCOFINDO memberikan hasil positif, artinya ditemukan beras dengan komposisi dari plastik. Berikut adalah link beritanya: Hasil Lab Sucofindo dan BPOM soal Beras Plastik Beda

Masyarakat yang hidupnya sudah sulit dan was-was dengan isu beras plastik ini dibuat bingung lagi dengan kenyataan hasil riset yang berbeda dari kedua lembaga uji tersebut. Lalu bagaimana uji beras plastik yang paling mudah, sederhana dan tidak mahal tanpa harus ke laboratorium? Ada banyak rekomendasi dari berbagai kalangan untuk menguji beras plastik. Diantaranya adalah:
1. Memasukan beras ke dalam air (beras asli tenggelam, beras plastik mengambang).
2. Mematahkan beras (beras asli getas, beras plastik lentur).
3. Membakar atau menyeterika beras (beras asli gosong, beras plastik meleleh).
4. Menanak beras menjadi nasi (beras asli enak, beras plastik tak enak).

Ke empat metode itu dijamin sederhana, murah, dan murah. Persis seperti ketiga kisah yang saya angkat di atas. Silakan dipilih metode mana yang paling praktis.

Ada kisah nyata dari kasus beras plastik ini yang harus segera diselesaikan oleh pemerintah. Karena kesimpangsiuran berita tentang beras plastik ini bisa menimbulkan kegaduhan di masyaarakat. Mahasiswi saya pernah berselisih paham dengan seorang penjual beras gara-gara kasus beras plastik ini. Bahkan sampai mereka meminta ada uji laboratorium. Dia menanyakan ke saya dimana bisa melakukan uji beras plastik. Saya sudah menyarankan untuk melakukan uji sederhana tersebut, tapi dia tetap ingin melakukan uji lab. Akhirnya saya menyarankan untuk ke Saraswati, sebuah perusahaan uji makanan yang menjadi rekanan BPOM. Kebetulan dia tinggal di bogor, maka saya sarankan untuk ke perusahaan tersebut yang alamatnya juga di bogor. Sucofindo terlalu jauh lokasinya dari rumah tinggalnya.

Lalu jika kembali ke SUCOFINDO dan BPOM yang sudah melakukan uji 'lebih' ngilmiah, mana yang lebih saya percaya ketika saya tidak punya dokumen dan data riset kedua lembaga uji tersebut? Jika sampel beras, metode uji, hasil, dan data riset lainnya tidak saya miliki, maka dengan semakin sulitnya pemerintah dipercayai, saya lebih memilih untuk tidak lebih percaya kepada lembaga yang lebih dekat dengan pemerintah.

Sebagai penutup, saya ingin menyampaikan bahwa penyederhanaan solusi masalah adalah suatu hal yang penting di dalam kehidupan. Hidup menjadi sering terasa berat bagi orang-orang yang tidak terbiasa menyederhanakan hal yang mudah. Karena bisa jadi kesulitan adalah kemudahan yang tidak disederhanakan oleh diri kita sendiri. Begitu pula dengan kebahagiaan. Banyak orang yang sulit bahagia karena tidak mencoba menyederhanakannya.

Semoga kita semua menjadi orang-orang yang selalu berusaha mendapatkan kebahagiaan dari hal yang sederhana di setiap ruang dan waktu hidup kita yang salah satu caranya dengan menyederhanakan persoalan-persoalan hidup yang ada. Aamiin ...

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan ni`mat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur”. (QS. Al Maa-idah/5. 6).

wallahu a'lam


Mahasiswa adalah agen perubahan dengan kemurnian perjuangan. Tulisan berikut memaparkan sejarah singkat pergerakan mahasiswa dari masa ke masa yang dikutip dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat.

1.Gerakan Mahasiswa 1908
Lahirnya generasi pertama lapisan pemuda berpendidikan modern, sebenarnya bukanlah produk sosial yang murni berasal dari rakyat Indonesia. Kehadiran mereka merupakan produk situasi atau didorong oleh perubahan sikap politik pemerintahan kolonial Belanda terhadap negeri ini. Melalui kebijakan “Politik Etis” yang diciptakan Belanda setelah menjajah lebih dari tiga ratus tahun di atas bumi persada, kaum pribumi khususnya lapisan pemuda, mendapatkan kesempatan untuk masuk ke lembaga-lembaga pendidikan yang telah didirikan oleh Belanda. Walaupun dengan batasan lapisan masyarakat, lembaga pendidikan, dan keterbatasan fasilitas pendidikan yang ada, sehingga banyak pemuda pribumi yang berhasil lulus baik, atas bantuan pemerintah Belanda, dikirim ke luar negeri (kebanyakan ke negeri Belanda) untuk melanjutkan studi mereka.

Dalam masa yang penuh tantangan dihadapkan dengan suasana kolonialisme, realitas politik berupa berlangsungnya proses pembodohan dan penindasan secara struktural yang dilakukan Belanda, berkat kemajuan pendidikan yang berhasil mereka raih berimplikasi pada peningkatan tingkat kesadaran politik,para pelajar dan mahasiswa merasakan sebagai golongan yang paling beruntung dalam pendidikan sehingga muncul tanggung jawab untuk mengemansipasi bangsa Indonesia.

Boedi Oetomo, merupakan wadah perjuangan yang pertama kali memiliki struktur pengorganisasian modern. Didirikan di Jakarta, 20 Mei 1908 oleh pemuda-pelajar-mahasiswa dari lembaga pendidikan STOVIA, wadah ini merupakan refleksi sikap kritis dan keresahan intelektual terlepas dari primordialisme Jawa yang ditampilkannya.

Pada konggres yang pertama di Yogyakarta, tanggal 5 Oktober 1908 menetapkan tujuan perkumpulan : Kemajuan yang selaras buat negeri dan bangsa, terutama dengan memajukan pengajaran, pertanian, peternakan dan dagang, teknik dan industri, serta kebudayaan.

Dalam 5 tahun permulaan BU sebagai perkumpulan, tempat keinginan-keinginan bergerak maju dapat dikeluarkan, tempat kebaktian terhadap bangsa dinyatakan, mempunyai kedudukan monopoli dan oleh karena itu BU maju pesat, tercatat akhir tahun 1909 telah mempunyai 40 cabang dengan lk.10.000 anggota.

Disamping itu, pada tahun yang sama dengan berdirinya BU oleh para mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Belanda, dibentuk pula Indische Vereeninging yang kemudian berubah nama menjadi Indonesische Vereeninging tahun 1922, disesuaikan dengan perkembangan dari pusat kegiatan diskusi menjadi wadah yang berorientasi politik dengan jelas. Dan terakhir untuk lebih mempertegas identitas nasionalisme yang diperjuangkan, organisasi ini kembali berganti nama baru menjadi Perhimpunan Indonesia,tahun 1925.

Berdirinya Indische Vereeninging dan organisasi-organisasi lain,seperti: Indische Partij yang melontarkan propaganda kemerdekaan Indonesia, Sarekat Islam,dan Muhammadiyah yang beraliran nasionalis demokratis dengan dasar agama, Indische Sociaal Democratische Vereeninging (ISDV) yang berhaluan Marxis, dll menambah jumlah haluan dan cita-cita terutama ke arah politik. Hal ini di satu sisi membantu perjuangan rakyat Indonesia, tetapi di sisi lain sangat melemahkan BU karena banyak orang kemudian memandang BU terlalu lembek oleh karena hanya menuju “kemajuan yang selaras” dan /atau terlalu sempit keanggotaannya (hanya untuk daerah yang berkebudayaan Jawa) meninggalkan BU Oleh karena cita-cita dan pemandangan umum berubah ke arah politik, BU juga akhirnya terpaksa terjun ke lapangan politik.

Kehadiran Boedi Oetomo,Indische Vereeninging, dll pada masa itu merupakan suatu episode sejarah yang menandai munculnya sebuah angkatan pembaharu dengan kaum terpelajar dan mahasiswa sebagai aktor terdepannya, yang pertama dalam sejarah Indonesia : generasi 1908, dengan misi utamanya menumbuhkan kesadaran kebangsaan dan hak-hak kemanusiaan dikalangan rakyat Indonesia untuk memperoleh kemerdekaan, dan mendorong semangat rakyat melalui penerangan-penerangan pendidikan yang mereka berikan, untuk berjuang membebaskan diri dari penindasan kolonialisme.

2. Gerakan Mahasiswa 1928
Pada pertengahan 1923, serombongan mahasiswa yang bergabung dalam Indonesische Vereeninging (nantinya berubah menjadi Perhimpunan Indonesia) kembali ke tanah air. Kecewa dengan perkembangan kekuatan-kekuatan perjuangan di Indonesia, dan melihat situasi politik yang di hadapi, mereka membentuk kelompok studi yang dikenal amat berpengaruh, karena keaktifannya dalam diskursus kebangsaan saat itu. Pertama, adalah Kelompok Studi Indonesia (Indonesische Studie-club) yang dibentuk di Surabaya pada tanggal 29 Oktober 1924 oleh Soetomo. Kedua, Kelompok Studi Umum (Algemeene Studie-club) direalisasikan oleh para nasionalis dan mahasiswa Sekolah Tinggi Teknik di Bandung yang dimotori oleh Soekarno pada tanggal 11 Juli 1925.

Suatu gejala yang tampak pada gerakan mahasiswa dalam pergolakan politik di masa kolonial hingga menjelang era kemerdekaan adalah maraknya pertumbuhan kelompok-kelompok studi sebagai wadah artikulatif di kalangan pelajar dan mahasiswa. Diinspirasi oleh pembentukan Kelompok Studi Surabaya dan Bandung, menyusul kemudian Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), prototipe organisasi yang menghimpun seluruh elemen gerakan mahasiswa yang bersifat kebangsaan tahun 1926, kelompok Studi St. Bellarmius yang menjadi wadah mahasiswa Katolik, Cristelijke Studenten Vereninging (CSV) bagi mahasiswa Kristen, dan Studenten Islam Studie-club (SIS) bagi mahasiswa Islam pada tahun 1930-an.

Lahirnya pilihan pengorganisasian diri melalui kelompok-kelompok studi tersebut, dipengaruhi kondisi tertentu dengan beberapa pertimbangan rasional yang melatari suasana politis saat itu. Pertama, banyak pemuda yang merasa tidak dapat menyesuaikan diri, bahkan tidak sepaham dan kecewa dengan organisasi-organisasi politik yang ada. Sebagian besar pemuda saat itu, misalnya menolak ideologi Komunis (PKI) maka mereka mencoba bergabung dengan kekuatan organisasi lain seperti Sarekat Islam (SI) dan Boedi Oetomo. Namun, karena kecewa tidak dapat melakukan perubahan dari dalam dan melalui program kelompok-kelompok pergerakan dan organisasi politik tersebut, maka mereka kemudian melakukan pencarian model gerakan baru yang lebih representatif.

Kedua, kelompok studi dianggap sebagai media alternatif yang paling memungkinkan bagi kaum terpelajar dan mahasiswa untuk mengkonsolidasikan potensi kekuatan mereka secara lebih bebas pada masa itu, dimana kekuasaan kolonialisme sudah mulai represif terhadap pembentukan organisasi-organisasi massa maupun politik.

Ketiga, karena melalui kelompok studi pergaulan di antara para mahasiswa tidak dibatasi sekat-sekat kedaerahan, kesukuan,dan keagamaan yang mungkin memperlemah perjuangan mahasiswa.

Ketika itu, disamping organisasi politik memang terdapat beberapa wadah perjuangan pemuda yang bersifat keagamaan, kedaerahan, dan kesukuan yang tumbuh subur, seperti Jong Java, Jong Sumateranen Bond, Jong Celebes, dan lain-lain.

Dari kebangkitan kaum terpelajar, mahasiswa, intelektual, dan aktivis pemuda itulah, munculnya generasi baru pemuda Indonesia: generasi 1928. Maka, tantangan zaman yang dihadapi oleh generasi ini adalah menggalang kesatuan pemuda, yang secara tegas dijawab dengan tercetusnya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Sumpah Pemuda dicetuskan melalui Konggres Pemuda II yang berlangsung di Jakarta pada 26-28 Oktober1928, dimotori oleh PPPI.

3. Gerakan Mahasiswa 1945
Dalam perkembangan berikutnya, dari dinamika pergerakan nasional yang ditandai dengan kehadiran kelompok-kelompok studi, dan akibat pengaruh sikap penguasa Belanda yang menjadi Liberal, muncul kebutuhan baru untuk secara terbuka mentransformasikan eksistensi wadah mereka menjadi partai politik, terutama dengan tujuan memperoleh basis massa yang luas. Kelompok Studi Indonesia berubah menjadi Partai Bangsa Indonesia (PBI), sedangkan Kelompok Studi Umum menjadi Perserikatan Nasional Indonesia (PNI).

Seiring dengan keluarnya Belanda dari tanah air, perjuangan kalangan pelajar dan mahasiswa semakin jelas arahnya pada upaya mempersiapkan lahirnya negara Indonesia di masa pendudukan Jepang. Namun demikian, masih ada perbedaan strategi dalam menghadapi penjajah, yaitu antara kelompok radikal yang anti Jepang dan memilih perjuangan bawah tanah di satu pihak, dan kelompok yang memilih jalur diplomasi namun menunggu peluang tindakan antisipasi politik di pihak lain. Meskipun berbeda kedua strategi tersebut, pada prinsipnya bertujuan sama : Indonesia Merdeka !

Secara umum kondisi pendidikan maupun kehidupan politik pada zaman pemerintahan Jepang jauh lebih represif dibandingkan dengan kolonial Belanda, antara lain dengan melakukan pelarangan terhadap segala kegiatan yang berbau politik; dan hal ini ditindak lanjuti dengan membubarkan segala organisasi pelajar dan mahasiswa, termasuk partai politik, serta insiden kecil di Sekolah Tinggi Kedokteran Jakarta yang mengakibatkan mahasiswa dipecat dan dipenjarakan.

Praktis, akibat kondisi yang vacuum tersebut, maka mahasiswa kebanyakan akhirnya memilih untuk lebih mengarahkan kegiatan dengan berkumpul dan berdiskusi, bersama para pemuda lainnya terutama di asrama-asrama. Tiga asrama yang terkenal dalam sejarah, berperan besar dalam melahirkan sejumlah tokoh, adalah Asrama Menteng Raya, Asrama Cikini, dan Asrama Kebon Sirih. Tokoh-tokoh inilah yang nantinya menjadi cikal bakal generasi 1945, yang menentukan kehidupan bangsa.

Salah satu peran angkatan muda 1945 yang bersejarah, dalam kasus gerakan kelompok “bawah tanah” yang antara lain dipimpin oleh Chairul Saleh dan Soekarni saat itu, yang terpaksa menculik dan mendesak Soekarno dan Hatta agar secepatnya memproklamirkan kemerdekaan, peristiwa ini dikenal kemudian dengan peristiwa Rengasdengklok. Peristiwa Rengasdengklok itu dilatarbelakangi oleh adanya perbedaan pandangan antar generasi tentang langkah-langkah yang harus ditempuh dalam memproklamasikan kemerdekaan. Saat itu Jepang telah menyerah kepada sekutu, dan pemuda (yang cenderung militan dan non kompromis) menuntut peluang tersebut segera dimanfaatkan, tetapi generasi tua seperti Soekarno dan Hatta cenderung lebih memperhitungkan situasi secara realistis. Tetapi akhirnya kedua tokoh proklamator itu mengabulkan keinginan pemuda, dan memproklamasikan negara Indonesia yang merdeka tanggal 17 Agustus 1945.

Dengan kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan saat itu, maka sekaligus menandai lahirnya generasi 1945 dalam sejarah Indonesia.

4. Gerakan Mahasiswa 1966
Suasana Indonesia pada masa-masa awal kemerdekaan hingga Demokrasi Parlementer,lebih diwarnai perjuangan partai-partai politik yang saling bertarung berebut kekuasaan. Pada saat yang sama mahasiswa sendiri lebih melihat diri mereka sendiri sebagai The Future Man ; artinya, sebagai calon elit yang akan mengisi pos-pos birokrasi pemerintahan yang akan dibangun. Dalam periode ini, pola kegiatan mahasiswa kebanyakan diisi dengan kegiatan sosial seperti piknik, olahraga, pers, dan klub belajar. Hal ini juga sebagian karena dipengaruhi oleh munculnya orientasi pemikiran untuk kembali ke kampus dan slogan kebebasan akademik yang membius semangat mahasiswa saat itu. Hanya sedikit perhatian diantara mereka untuk memikirkan masalah-masalah politik.

Namun demikian, di satu sisi masa itu juga ditandai dengan mulai aktifnya organisasi mahasiswa yang tumbuh berafiliasi partai politik dan aktivis mahasiswa yang memiliki hubungan dekat dengan elit politik nasional yang berperan dalam sistem politik.

Di sisi lain, ada pula perkembangan menarik yang terjadi dengan tumbuhnya aliansi antara kelompok-kelompok mahasiswa, diantaranya Perserikatan Perhimpunan Mahasiswa Indonesia (PPMI), yang dibentuk melalui Kongres Mahasiswa yang pertama di Malang tahun 1947.

Selanjutnya, dalam masa Demokrasi Liberal (1950-1959), seiring dengan penerapan sistem kepartaian yang majemuk saat itu, organisasi mahasiswa ekstra kampus kebanyakan lebih bersifat underbouw partai-partai politik. Misalnya, Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dekat dengan PNI, Concentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI) dekat dengan PKI, Gerakan Mahasiswa Sosialis Indonesia (Gemsos) dengan PSI, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) berafiliasi dengan Partai NU, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dengan Masyumi, dan lain-lain.

Diantara organisasi mahasiswa pada masa itu, CGMI mendapatkan suasana menggembirakan setelah PKI tampil sebagai salah satu partai kuat hasil Pemilu 1955. Sebagai wujud kegembiraan namun sekaligus kepongahan, CGMI secara berani menjalankan politik konfrontasi dengan organisasi mahasiswa lainnya, bahkan lebih jauh berusaha mempengaruhi PPMI, kenyataan ini menyebabkan perseteruan sengit antara CGMI dengan HMI, terutama dipicu karena banyaknya jabatan kepengurusan dalam PPMI yang direbut dan diduduki oleh CGMI dan juga GMNI-khususnya setelah Konggres V tahun 1961. Persaingan ini mencapai puncak nantinya tatkala terjadi G30S/PKI.

Pada masa Demokrasi Terpimpin (1959-1965), seiring dengan upaya pemerintahan Soekarno untuk mengubur partai-partai, maka kebanyakan organisasi mahasiswa pun membebaskan diri dari afiliasi partai dan tampil sebagai aktor kekuatan independen, sebagai kekuatan moral maupun politik yang nyata.

Tragedi nasional pemberontakan G30S/PKI dan kepemimpinan nasional yang mulai otoriter akhirnya menyebabkan Demokrasi Terpimpin mengalami keruntuhan.

Mahasiswa membentuk Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) tanggal 25 Oktober 1966 yang merupakan hasil kesepakatan sejumlah organisasi yang berhasil dipertemukan oleh Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pendidikan (PTIP) Mayjen dr. Syarief Thayeb, yakni HMI,PMII,Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Sekretariat Bersama Organisasi-organisasi Lokal (SOMAL), Mahasiswa Pancasila (Mapancas), dan Ikatan Pers Mahasiswa (IPMI). Tujuan pendiriannya, terutama agar para aktivis mahasiswa dalam melancarkan perlawanan terhadap PKI menjadi lebih terkoordinasi dan memiliki kepemimpinan.

Munculnya KAMI diikuti berbagai aksi lainnya, seperti Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI), Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI), dan lain-lain.

5. Gerakan Mahasiswa 1974
Realitas berbeda yang dihadapi antara gerakan mahasiswa 1966 dan 1974, adalah bahwa jika generasi 1966 memiliki hubungan yang erat dengan kekuatan militer, untuk generasi 1974 yang dialami adalah konfrontasi dengan militer yang berposisi sebagai pendukung kemapanan.

Sebelum gerakan mahasiswa 1974 meledak, bahkan sebelum menginjak awal 1970-an, sebenarnya para mahasiswa telah melancarkan berbagai kritik dan koreksi terhadap praktek kekuasaan rezim Orde Baru.namun meskipun demikian pada umumnya kepercayaan terhadap rezim yang berkuasa tetap ada.

Tetapi, kesabaran mahasiswa mulai menuju titik batasnya setelah penantian akan terkabulnya cita-citanya perubahan yang dijanjikan tidak mendapatkan respon yang sewajarnya. Diawali dengan reaksi terhadap kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), aksi protes lainnya yang paling mengemuka disuarakan mahasiswa adalah tuntutan pemberantasan korupsi. Lahirlah, selanjutnya apa yang disebut gerakan “Mahasiswa Menggugat”yang dimotori Arif Budiman,dkk yang progaram utamanya adalah aksi pengecaman terhadap kenaikan BBM, dan korupsi.

Menyusul aksi-aksi lain dalam skala yang lebih luas, pemuda dan mahasiswa kemudian mengambil inisiatif dengan membentuk Komite Anti Korupsi (KAK). Terbentuknya KAK ini dapat dilihat merupakan reaksi kekecewaan mahasiswa terhadap tim-tim khusus yang disponsori pemerintah, mulai dari Tim Pemberantasan Korupsi (TPK), Task Force UI sampai Komisi Empat.

Berbagai borok pembangunan dan demoralisasi perilaku kekuasaan rezim Orde Baru terus mencuat. Menjelang Pemilu 1971, pemerintah Orde Baru telah melakukan berbagai cara dalam bentuk rekayasa politik, untuk mempertahankan dan memapankan status quo dengan mengkooptasi kekuatan-kekuatan politik masyarakat antara lain melalui bentuk perundang-undangan. Misalnya, melalui undang-undang yang mengatur tentang pemilu, partai politik, dan MPR/DPR/DPRD.

Akibat dari permainan rekayasa dan kebijakan kooptasi tersebut, muncul berbagai pernyataan sikap ketidakpercayaan dari kalangan masyarakat maupun mahasiswa terhadap sembilan partai politik dan Golongan Karya sebagai pembawa aspirasi rakyat. Sebagai bentuk protes akibat kekecewaan, mereka mendorang munculnya Deklarasi Golongan Putih (Golput) pada tanggal 28 Mei 1971 yang dimotori oleh Arif Budiman, Adnan Buyung N, Asmara Nababan,dkk.

Dalam tahun 1971, mahasiswa juga telah melancarkan berbagai protes terhadap pemborosan anggaran negara yang digunakan untuk proyek-proyek eksklusif yang dinilai tidak mendesak dalam pembangunan,misalnya terhadap proyek pembangunan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) di saat Indonesia haus akan bantuan luar negeri.

Protes terus berlanjut. Tahun 1972, dengan isu harga beras naik, berikutnya tahun 1973 selalu diwarnai dengan isu korupsi sampai dengan meletusnya peristiwa Malari tahun 1974. Gerakan mahasiswa di Jakarta mngajukan isu ”ganyang korupsi” sebagai salah satu tuntutan “Tritura Baru” disamping dua tuntutan lainnya Bubarkan Asisten Pribadi dan Turunkan Harga; sebuah versi terakhir Tritura yang muncul setelah versi koran Mahasiswa Indonesia di Bandung sebelumnya.

Terlepas dari semua distorsi mengenai kisah gerakan mahasiswa 1974,antara lain: tidak adanya perubahan monumental yang ditinggalkan, gerakan mahasiswa yang ditunggangi, konflik dan konspirasi elit di pusat kekuasaan versi Jenderal Sumitro versus Ali Moertopo, dll bagaimana pun harus diakui bahwa perjuangan mahasiswa 1974 telah menjadi sebuah episode yang bersejarah.

6. Gerakan Mahasiswa 1978
Setelah peristiwa Malari, hingga tahun 1975 dan 1976, berita tentang aksi protes mahasiswa nyaris sepi. Mahasiswa disibukkan dengan berbagai kegiatan kampus disamping kuliah sebagain kegiatan rutin, dihiasi dengan aktivitas kerja sosial, Kuliah Kerja Nyata (KKN), Dies Natalis, acara penerimaan mahasiswa baru, dan wisuda sarjana. Meskipun disana-sini aksi protes tetap ada namun aksi-aksi itu pada umumnya tidak lagi gaung yang berarti.

Menjelang dan terutama saat-saat antara sebelum dan setelah Pemilu 1977, barulah muncul kembali pergolakan mahasiswa yang berskala masif.Berbagai masalah penyimpangan politik diangkat sebagai burning isu, misalnya soal pemilu mulai dari pelaksanaan kampanye, sampai penusukan tanda gambar, pola rekruitmen anggota legislatif, pemilihan gubernur dan bupati di daerah-daerah, strategi dan hakekat pembangunan, sampai dengan tema-tema kecil lainnya yang bersifat “lokal”.

Awalnya, pemerintah berusaha untuk melakukan pendekatan terhadap mahasiswa, maka pada tanggal 24 Juli 1977 dibentuklah Tim Dialog Pemerintah yang akan “berkampanye”di berbagai perguruan tinggi. Namun demikian , upaya tim ini ditolak oleh mahasiswa.

Mahasiswa bukan tidak memahami ataupun menyadari berbagai risiko buruk yang bakal dialami akibat gerakan protes mereka. Justru karena itulah, untuk menjaga agar dampak gerakan tidak mengulangi kembali malapetaka 1974, mahasiswa mempertahankan gerakan aksi mereka sebagai gerakan moral semata. Artinya, bahwa gerakan mereka lebih menonjolkan perannya sebagai kekuatan moral dan kontrol kritis terhadap berbagai penyimpangan kekuasaan, dan bukan sebagai aksi yang berorientasi politik praktis, serta menghindarkan pengaruh vested interest kelompok politik tertentu yang ingin memperalat atau “mengendarai” gerakan mahasiswa.

Pada titik ini ada yang menarik untuk dicatat yaitu terjadinya pendudukan militer atas kampus-kampus itu; disamping penyebabnya adalah karena mahasiswa dianggap telah melakukan “pembangkangan politik”, penyebab lain sebenarnya adalah karena gerakan mahasiswa 1978 lebih banyak berkonsentrasi dalam melakukan aksi diwilayah kampus.

Jadi, karena gerakan mahasiswa tidak terpancing keluar kampus untuk mennghindari seperti tahun 1974, maka akhirnya mereka diserbu militer,malahan dengan cara yang brutal.

Akhir cerita, Soeharto terpilih untuk ketiga kalinya dan tuntutan mahasiswa pun tidak membuahkan hasil. Meski demikian, perjuangan gerakan mahasiswa 1978 telah meletakkan sebuah dasar sejarah, yakni tumbuhnya keberanian mahasiswa untuk menyatakan sikap terbuka untuk menggugat bahkan menolak kepemimpinan nasional.

7. Gerakan Mahasiswa di Era NKK/BKK
Setelah gerakan mahasiswa 1978, praktis tidak ada gerakan besar yang dilakukan mahasiswa selama beberapa tahun akibat diberlakukannya konsep Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan (NKK/BKK) oleh pemerintah secara paksa.

Kebijakan NKK dilaksanakan berdasarkan SK No.0156/U/1978 sesaat setelah Dooed Yusuf dilantik tahun 1979. Konsep ini mencoba mengarahkan mahasiswa hanya menuju pada jalur kegiatan akademik,dan menjauhkan dari aktivitas politik karena dinilai secara nyata dapat membahayakan posisi rezim. Menyusul pemberlakuan konsep NKK,pemerintah dalam hal ini Pangkopkamtib Soedomo melakukan pembekuan atas lembaga Dewan Mahasiswa, sebagai gantinya pemerintah membentuk struktur keorganisasian baru yang disebut BKK. Berdasarkan SK menteri P&K No.037/U/1979 kebijakan ini membahas tentang Bentuk Susunan Lembaga Organisasi Kemahasiswaan di Lingkungan Perguruan Tinggi, dan dimantapkan dengan penjelasan teknis melalui Instruksi Dirjen Pendidikan Tinggi tahun 1978 tentang pokok-pokok pelaksanaan penataan kembali lembaga kemahasiswaan di Perguruan Tinggi.

Kebijakan BKK itu secara implisif sebenarnya melarang dihidupkannya kembali Dewan Mahasiswa, dan hanya mengijinkan pembentukan organisasi mahasiswa tingkat fakultas (Senat Mahasiswa Fakultas-SMF) dan Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (BPMF). Namun hal yang terpenting dari SK ini terutama pemberian wewenang kekuasaan kepada rektor dan pembantu rektor untuk menentukan kegiatan mahasiswa, yang menurutnya sebagai wujud tanggung jawab pembentukan,pengarahan,dan pengembangan lembaga kemahasiswaan.

Dengan konsep NKK/BKK ini, maka peranan yang dimainkan organisasi intra dan ekstra kampus dalam melakukan kerjasama dan transaksi komunikasi politik menjadi lumpuh. Ditambah dengan munculnya UU No.8/1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan maka politik praktis semakin tidak diminati oleh mahasiswa, karena sebagian Ormas bahkan menjadi alat pemerintah atau golongan politik tertentu. Kondisi ini menimbulkan generasi kampus yang apatis,sementara posisi rezim semakin kuat.

Sebagai alternatif terhadap suasana birokratis dan apolitis wadah intra kampus, di awal-awal tahun 80-an muncul kelompok-kelompok studi yang dianggap mungkin tidak tersentuh kekuasaan refresif penguasa. Kenyataannya, kelompok studi lebih berfungsi sebagai information actions dengan tujuan the distribution of critical information bagi mahasiswa. Dalam perkembangannya eksistensi kelompok ini mulai digeser oleh kehadiran wadah-wadah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang tumbuh subur pula sebagai alternatif gerakan mahasiswa.

Perbedaan kedua bentuk wadah ini adalah : jika kelompok studi merupakan bentuk pelarian dari kepengapan kampus dengan ciri gerakannya yang bersifat teoritis, maka LSM menjadi tempat pelarian mahasiswa yang memilih jalur praktis.

Dalam perkembangan berikutnya bermunculan pula berbagai wadah-wadah lain berupa komite-komite aksi untuk merawat kesadaran kritis mahasiswa.

Beberapa kasus “lokal” yang disuarakan LSM dan komite aksi mahasiswa antara lain: kasus tanah waduk Kedung Ombo, Kacapiring, korupsi di Bapindo, penghapusan perjudian melalui Porkas/TSSB/SDSB, dsb.

Timbul beberapa pertanyaan mengapa gerakan mahasiswa umumnya hanya mengusung agenda isu lokal dan cenderung marjinal ? mungkin jawabannya adalah :

1. Ketidakberanian untuk menyentuh masalah yang dinilai terlalu sensitif,dan bebannya berat secara politis.

2. Ketidaksanggupan menangkap dan mengungkapkan masalah-masalah fundamental yang lebih signifikan terutama yang bersifat politik nasional sebagai burning issue.

3. Strategi mahasiswa dengan mempertimbangkan kondisi struktural sistem politik Orde Baru yang terlalu mudah bertindak represif.

Jawaban-jawaban tersebut sangat terbuka untuk diperdebatkan, tetapi ada efek lain yang tampaknya harus diperhitungkan,bahwa justru dengan kecenderungan mengangkat isu-isu lokal dan bergerak di wilayah pinggiran itu, disadari atau tidak mahasiswa telah melakukan revitalisasi orientasi model pendekatan dengan membangkitkan kesadaran dan kepercayaan diri rakyat agar mempertahankan dan memperjuangkan hak-hak individu dan sosialnya.

8. Gerakan mahasiswa 1990
Memasuki awal tahun 1990-an, di bawah Mendikbud Fuad Hasan kebijakan NKK/BKK dicabut dan sebagai gantinya keluar Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan (PUOK). Melalui PUOK ini ditetapkan bahwa organisasi kemahasiswaan intra kampus yang diakui adalah Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi (SMPT), yang didalamnya terdiri dari Senat Mahasiswa Fakultas (SMF) dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM).

Dikalangan mahasiswa secara kelembagaan dan personal terjadi pro kontra, menamggapi SK tersebut. Oleh mereka yang menerima, diakui konsep ini memiliki sejumlah kelemahan namun dipercaya dapat menjadi basis konsolidasi kekuatan gerakan mahasiswa. Argumen mahasiswa yang menolak mengatakan, bahwa konsep SMPT tidak lain hanya semacam hiden agenda untuk menarik mahasiswa ke kampus dan memotong kemungkinan aliansi mahasiswa dengan kekuatan di luar kampus.

Dalam perkembangan kemudian, banyak timbul kekecewaan di berbagai perguruan tinggi karena kegagalan konsep ini dalam eksperimentasi demokrasi. Mahasiswa menuntut organisasi kampus yang mandiri, bebas dari pengaruh korporatisasi negara termasuk birokrasi kampus. Sehingga, tidaklah mengherankan bila akhirnya berdiri Dewan Mahasiswa di UGM tahun 1994 yang kemudian diikuti oleh berbagai perguruan tinggi di tanah air sebagai landasan bagi pendirian model organisasi kemahasiswaan alternatif yang independen.

Dengan dihidupkannya model-model kelembagaan yang lebih independen, meski tidak persis serupa dengan Dewan Mahasiswa yang pernah berjaya sebelumnya upaya perjuangan mahasiswa untuk membangun kemandirian melalui SMPT, menjadi awal kebangkitan kembali mahasiswa ditahun 1990-an.

9. Gerakan Mahasiswa 1998
Lahirnya gerakan mahasiswa 1998 dengan segala keberhasilannya meruntuhkan kekuasaan rezim orde baru, bagaimanapun merupakan akibat dari akumulasi ketidakpuasan dan kekecewaan politik yang telah bergejolak selama puluhan tahun dan akhirnya “meledak”.

Secara obyektif situasi pada saat itu, sangat kondusif bagi gerakan mahasiswa berperan sebagai agen perubahan. Krisis legitimasi politik yang sudah diambang batas, justru terjadi bersamaan dengan datangnya badai krisis moneter di berbagai sektor. Di sisi lain secara subyektif, gerakan mahasiswa 1998 telah belajar banyak dari gerakan 1966 dengan mengubah pola gerakan dari kekuatan ekslusif ke inklusif dan menjadi bagian dari kekuatan rakyat,

Sasaran dari tuntutan “Reformasi” gerakan mahasiswa dan kelompok-kelompok lain yang beroposisi terhadap rezim Orde Baru, antara lain adalah perubahan kepemimpinan nasional. Soeharto harus diruntuhkan dari kekuasaan, tidak akan ada reformasi selama Soeharto masih berkuasa. Namun demikian, kenyataan menunjukkan suara-suara kritis yang menuntut perubahan, tidak mendapatkan jawaban sebagaimana yang diharapkan dari rezim yang berkuasa, terlebih oleh Golongan Karya (Golkar) yang dengan enteng mencalonkan kembali Soeharto. Menjelang pelaksanaan Sidang Umum MPR 1998, dari kalangan tokoh-tokoh kritis mengajukan calon alternatif Presiden maupun Wakil Presiden, antara lain: Amien Rais, Megawati Soekarnoputri, dan Emil Salim.

Kenyataan menunjukkan, calon-calon tandingan versi masyarakat tidak mendapatkan tanggapan dari kekuatan politik di MPR, Soeharto dipilih kembali sebagai Presiden dan B.J. Habibie sebagai Wakil Presiden. Aksi-aksi mahasiswa yang marak mengajukan protes dan keprihatinan, seolah-olah dianggap angin lalu, sedangkan hasil-hasil dialog dengan berbagai fraksi menuntut agenda Reformasi hanya “ditampung” dalam artian kasar = ditolak.

Berbagai kontroversi kemudian timbul dimasyarakat, berkenaan dengan pengalihan kekuasaan ini. Pertama, pandangan yang melihat hal itu sebagai proses inkonstitusional dan sebaliknya pandangan kedua, yang menganggapnya sudah konstitusional. Sikap ABRI terhadap proses peralihan ini secara formal adalah mendukung, lalu bagaiman dengan mahasiswa ?

Menyambut turunnya Soeharto, sejenak mahasiswa benar-benar diliputi kegembiraan. Perjuangan mereka satu langkah telah berhasil,tetapi kemudian timbul keretakan di antara kelompok-kelompok mahasiswa mengenai sikap mahasiswa terhadap peralihan kekuasaan dari Soeharto ke Habibie. Berhadapan dengan peristiwa peralihan ini mahasiswa tidak siap, mereka hanya dipersatukan oleh isu utama perlunya Soeharto dipaksa untuk mengundurkan diri. Soal yang terjadi kemudian, agaknya jauh dari antisipasi mahasiswa dan pro reformasi.

Tetapi bagaimanapun, mahasiswa 1998 melalui perjuangannya telah memberikan sesuatu hal yang monumental bagi bangsa Indonesia untuk menciptakan tatanan kenegaraan yang lebih baik di masa depan.

Satu hal yang harus diingat, Reformasi Total merupakan sebuah proses yang tidak sekali jadi, tetapi membutuhkan waktu dan political will yang sungguh-sungguh dari pemegang kekuasaan. Karena itu, kontrol kritis dan tekanan politik dari mahasiswa harus tetap ada di masa sekarang dan akan datang.

10. Gerakan Mahasiswa 2015
Gerakan Mahasiswa Tahun 2015 diawali dari kekecewaan masyarakat dan mahasiswa terhadap kepemimpinan Joko Widodo atau yang lebih dikenal dengan Jokowi. Presiden Indonesia ke-7 tersebut dianggap banyak melakukan kebijakan yang tidak pro rakyat dan hanya menguntungkan kepentingan elite dan kelompok tertentu. Pengangkatan kabinet yang tidak profesional, kenaikan harga BBM pada awal pelantikannya, melonjaknya harga barang-barang, melemahnya KPK, terjadinya kegaduhan politik, keberpihakan pada kapitalis asing, dan semakin terpuruknya ekonomi merupakan beberapa catatan mahasiswa dalam menilai kinerja buruk Jokowi selama 6 bulan kepemimpinan. Dan kondisi tersebut tidak sesuai dengan puluhan janji Jokowi semasa kampanye Pilpres.

Berbagai elemen mahasiswa melakukan demonstrasi besar-besaran pada tanggal 20 dan 21 Mei 2015. Tanggal 20 Mei 2015 yang bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional, ribuan demonstran yang terdiri dari elemen mahasiswa dan organisasi pemuda termasuk HMI, beberapa BEM, IMM, PII, dan lain-lain unjuk rasa di depan Istana Merdeka, Jakarta. Mereka sebelumnya melakukan 'long march' sepanjang Jalan Merdeka Barat hingga ke depan Istana Merdeka.  Mereka menuntut Rezim Jokowi-JK untuk segera menuntaskan janji-janji reformasi, menjaga stabilitas ekonomi, dan menuntut lengsernya Jokowi.

Sementara itu Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) menuding pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla mengabaikan kesejahteraan masyarakat pribumi. Jokowi-JK dianggap lebih mementingkan kebutuhan kelompok asing. Dalam aksi itu, KAMMI  menyampaikan tiga pesan untuk Jokowi-JK:
1. Jokowi-JK harus berpihak dan melindungi rakyat pribumi Indonesia dari dominasi dan ketamakaN asing. Tidak boleh ada regulasi dan kebijakan pemerintah yang mengebiri kesejahteraan dan usaha ekonomi pribumi. Jokowi JK adalah pemimpin rakyat, bukan pelindung dan pelayan kepentingan asing.
2. Pemerintah Jokowi-JK harus segera membuat kebijakan yang melindungi rakyat pribumi dan memperbaiki kinerja pemerintahan agar kepentingan pribumi terlindungi. Jokowi-JK adalah pihak yang paling bersalah bila kondisi kesejahteraan dan usaha ekonomi pribumi tidak segera membaik. Kesulitan rakyat akibat kegaduhan global harus bisa ditanggulangi Jokowi-JK. Bila itu tidak dilakukan, maka itu merupakan kegagalan besar Jokowi-JK. 
3. KAMMI mengajak masyarakat Indonesia untuk bersama sama melakukan revolusi bila pemerintahan Jokowi-JK terbukti semakin berpihak kepada asing, semakin mengebiri kesejahteraan dan usaha ekonomi pribumi. Membela kepentingan pribumi sebagai tumpah darah Indonesia adalah amanat konstitusi.


Pada tanggal 21 Mei 2015 demonstrasi berlanjut dan semakin meluas. Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) yang sebelumnya mengundang Jokowi untuk melakukan debat terbuka pada tanggal 19 Mei 2015 namun tidak dipenuhi oleh Jokowi, menggerakan lebih dari 2500 mahasiswa lebih dari 39 kampus dari seluruh Indonesia untuk melakukan long march dari Jakarta dan demonstrasi di depan istana presiden. Sayangnya Jokowi tidak dapat menghadapi mahasiswa karena pergi ke Malang. Aksi mahasiswa ini bertag line “Culik Jokowi”. Tuntutan mereka diantaranya adalah 1. Mencabut kebijakan harga bbm dari mekanisme pasar bebas, mengembalikan subsidi bbm, 2. Ambil alih 100% blok Mahakam, lalu mendapat kesepakatan jika kontrak selesai dan dipastikan kontrak tidak akan dilanjutkan, 3. Meminta presiden bertemu hari ini (21/5/2015), dan mendapat kepastian bertemu Senin, 25 Mei 2015

Aksi gabungan BEM seluruh Indonesia ini sudah terkonsolidasi secara nasional jauh-jauh hari. Mereka menjalin solidaritas jejaring antar pulau. Jalinan tersebut mereka bangun atas dasar semangat untuk perubahan. Meski mereka mengakui sebagai mitra pemerintahan, namun mereka akan tetap bertindak kritis. 2500 gabungan massa aksi dari BEM Seluruh Indonesia hari ini berhasil memaksa Pertemuan Terbuka dgn Presiden Jokowi hari Senin 25 Mei 2015. Pertemuan terbuka antara Perwakilan Mahasiswa se Indonesia di Istana Negara nanti akan disiarkan langsung di semua stasiun TV.

Sumber: 



Dalam sebuah postingan lawas di Facebook Tanggal 12 Juli 2011, saya pernah mengetik: "Sudahkah kita belajar dari spasi?" Saat itu saya tidak sempat menjelaskan apa yang bisa kita pelajari dan maknai dari sebuah makhluk bernama "spasi".

Karakter 'Spasi', entahlah siapa yang menggagas, ternyata jika dihayati akan memberikan pelajaran yang berharga tentang keberadaannya. Pernahkah kita membayangkan jika papan keyboard tidak memiliki spasi?

Mari kita renungkan. Fungsi utama karakter spasi adalah pemisah atau pemberi jarak atau jeda antara suatu kata dengan kata yang lain. Begitu pentingnya pemisah ini karena jika spasi tidak ada, maka kita tidak mengenal berbagai kata, dan akhirnya tidak mengenal berbagai kalimat. Yang ada hanya SATU kata saja.

Jika demikian, spasi pada akhirnya akan berfungsi sebagai pembeda arti. Posisi spasi menjadi amat sangat penting untuk membedakan makna dari sebuah kata atau juga kalimat Cobalah perhatikan judul tulisan ini, jika tidak ada spasi, maka kata BELAJARDARISPASI menjadi tak bermakna. Atau jika posisi spasi tidak sesuai dengan kebutuhan, maka makna kalimatnya pun akan berubah atau bahkan hilang, semisal menjadi: BELA JARDA RISPASI.

Spasi mungkin hanya dipandang sebagai makhluk tak berbentuk, hanya sebuah ruang kosong. Hanyalah sekedar jarak atau jeda. Namun perannya amat besar.

Jika dimaknai dalam aktivitas kehidupan, maka adanya jarak tidak mesti kita pandang sebagai sebuah beban. Adanya jarak justru menjadi kita lebih mudah memaknai banyak hal. Jarak telah menciptakan berjuta makna hidup. Adanya jarak atau jeda menjadi sangatlah penting dalam kehidupan. Bukan bermaksud untuk menjauh, tapi agar mampu menyampaikan makna sebuah interaksi dan pertemanan dalam menyusun kalimat-kalimat kehidupan yang lebih indah.

Kekasih yang menjauh atau teman yang menjauh dapat kita maknai sebagai pembeda. Kita bisa membedakan ketegasan sikap masing-masing orang, kita juga bisa memaknai pentingnya kebersamaan, atau kita bisa memaknainya pula tentang pentingnya memahami perbedaaan.

Sementara itu, ruang kosong dalam spasi, jika kita maknai dalam aktivitas kehidupan, bisa di analogikan sebagai berikut:

Keberadaan kita ditengah kehidupan sosial bisa jadi tak terlihat oleh banyak orang, namun jika orang-orang mampu mendapatkan manfaat yang banyak dari ketidaknampakan kita melalui pencerahan oleh kita tentang pembedaan hal baik dan hal buruk, maka bukankah kehadiran kita justru sudah memberikan berjuta makna bagi sebuah komunitas?

Pernahkah terfikir jika kita terus menerus bekerja atau terus menerus tidur atau terus menerus libur tanpa jeda di anataranya? Sungguh sangat membosankan.

Maka, belajar dan berlakulah seperti spasi. Walau 'sekedar' pemberi jarak atau pemberi jeda dan hanya berwujud' ruang yang kosong, namun keberadaannya memberikan berjuta makna.

“Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya.” (QS. Al-Qashash [28]:73).

[Nukes, dalam suasana spasi yang cukup panjang]


Dari sinopsisnya film komedi The Meaning of Life, hidup itu adalah WYSIWYG (What You See Is What You Get): you are born, you eat, you go to school, you have sex, you have children, you grow old (if someone doesn’t kill you first), and you die, and in Heaven every day is Christmas! Hahaha…

Kalau dari sisi para filsuf, agak mending. William James bilang: “purpose of life” musti dicari lewat pengalaman hidup itu sendiri.

Tapi Sains dan Logika punya pandangan yg agak parah: life is meaningless! (Aneh, sudah melalui penjelasan tautologi a la Pak Wittgenstein, lha kok ujungnya nihil, puyeng). Ini juga membingungkan para techno-biologis ketika mencoba memikirkan tentang living-machines: what is their purpose of life? To reproduce? Playing game of life? Atau kayak salamnya kaum Vulcan di Star Trek: “Live long and prosper!”?


Masalahnya: manusia hidup, lalu mati. Kalau hidup memang untuk hidup, lalu kenapa musti mati (atau dimatikan)? Kalau kita pikir, penjelasannya musti dari sesuatu yg di atas itu, sesuatu yang ibaratnya… beyond the sphere of life and death!

"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." (QS Al Baqarah [2]:30)

"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku." (QS Adh Dhaariyat [51]:56)

The first of all the commandments is: “Hear, O Israel, the Lord our God, the Lord is one. And you shall love the Lord your God with all your heart, with all your soul, with all your mind, and with all your strength.” (Injil Markus [12]:28 - 31)

Coba perhatikan istilah-istilahnya: “khalifah”, “menjadi abdi”, yang “mencintai Tuhannya”… Apakah kita dicipta untuk menjadi khalifah yang mengabdi dan mencintai Tuhannya? Tapi Watung, if we exist to obey, if we live to worship God, what is God’s purpose?! Nah, good question! Yah, ini juga agak-agak nggak jelas (apalah kita yang kroco ini, yang mau tahu kehendak atasannya?). Tapi ada satu Hadits Qudsi yg menarik soal itu, meskipun tetap saja jadi misteri buat saya:

Aku adalah Khazanah Tersembunyi (Kanzun Makhfi), Aku rindu untuk dikenal, karena itu Aku ciptakan makhluk agar Aku diketahui.

Dia, sebuah “misteri”, diciptakan makhluk agar Dia diketahui, dikenali keberadaan-Nya. Wuahh, ini menarik! Soalnya ada sebuah ayat di Quran (kali ini spesifik, manusia):

… ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka: “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul, kami menjadi saksi”. Agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (manusia) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini…”, (QS Al A'raaf [7]:172)

“Kami menjadi saksi.” Dia Yang Tersembunyi, tapi exist! Siapa saksinya? Manusia-lah saksinya, saksi keberadaan-Nya. Teman-teman, see how they relate each other? Jadi, ada suatu masa, sebelum kelahiran kita di bumi ini, ketika Dia dikenali (artinya tidak tersembunyi?) oleh suatu makhluk bernama manusia, dan Dia mengambil kesaksian atas hal itu. Jadi, berbicara tentang God’s purpose: manusia diciptakan untuk menjadi saksi atas keberadaan-Nya, di hari akhir nanti?!

So, kalo digabung (sori, main gabung dulu), khalifah yg mengabdi dan mencintai-Nya, menjadi saksi atas keberadaan-Nya… But why khalifah? Hmm, masih ada yg missing link nih. Talk about it later…

[Dari catatan Mas Watung, salah seorang rekan cyber spiritualku]


Dari postingan seorang rekan, soal Heaven and Hell: What is the main purposes of our existence?

Kalau kita percaya agama, bahwa sebelum di dunia ini kita pernah di suatu tempat, dan kita akan kembali lagi. Kita ini seperti seorang tokoh di film The Bourne Identity. Agen CIA yang, somehow, jadi amnesia di tengah-tengah misinya. Nggak inget dia itu siapa, dan ngapain dia kok bisa ke tempat itu. Yang dia tahu: dia pandai memainkan pisau, bisa bahasa Perancis dan Jerman, jago berantem, jago ngebut.

Rasanya, kita ini persis seperti si Jason Bourne ini. Ujug-ujug lahir ke dunia, menangis di detik pertama (seperti terdampar di negeri yg asing?), having fun di 30 tahun selanjutnya, mengerjakan sesuatu, dan pas di ujung-ujung kita bingung: what the hell am I doing here? Dari kecil mau jadi dokter, jadi kaya, then what? Dead? Semua yg kita bangun sejak pertama melek sampai detik ini, akan ditinggalkan, hancur, hilang? Cuma segitukah?


Who am I? Why am I here? That’s the most basic of all human questions! Kalau dipikir-pikir, film ini sungguh menggambarkan… yah, kita, manusia. Seperti gambaran di Quran:

"… dan dia lupa kepada kejadiannya;" (QS Yaa Siin [36]:78)

"Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu)" … (QS Taa Haa [20]:115)

Who are you, my friend? Who are you? I’m not asking your name, your body, your parents, your brother, nor your species - whatever in your ID card. Whatever YOURS. Just a simple question: who are YOU?

Imam al Ghazali dalam Kitabnya Kimiyatussaadah mengatakan:

"Barangsiapa mengenal dirinya, akan mengenal Tuhannya."

Apa hubungannya mengenal diri dengan mengenal Tuhan? Kayak ada missing-link nih…

Yah mungkin seperti Jason itu lah jalannya, menemukan the purpose of life barangkali musti berawal dari sebuah perjuangan besar menemukan tentang diri ini terlebih dulu. Tanpa itu, Jason toh tidak akan bertemu Conklin: “You’re U.S. Government property. You’re a malfunctioning $30 million weapon…”

[Dari catatan Mas Watung, salah seorang rekan cyber spiritualku]


Sultan HB X Ajak Rakyat Dukung Reformasi

Yogyakarta, Kompas
Sultan Hamengku Buwono X dan KGPAA Paku Alam VIII hari Rabu (20/5) mengajak masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta dan seluruh rakyat Indonesia secara bersama-sama mendukung Gerakan Reformasi. Seruan itu dinyatakan dalam suatu maklumat yang dibacakan Sultan HB X di hadapan hampir sejuta penduduk Yogyakarta dan sekitarnya di Pagelaran Keraton, Yogyakarta.
Pembacaan Maklumat Sultan Yogyakarta dan Gubernur DIY itu merupakan puncak acara yang diselenggarakan Aksi Gerakan Rakyat Yogyakarta dan sekitarnya. Seluruh acara dari pagi hingga petang berlangsung tertib, damai, dan mengharukan. Acara pertama di Kampus UGM kemudian diteruskan di Pagelaran dan Alun-alun Utara depan Keraton Yogyakarta. Hadir saat itu sekitar satu juta orang.

Dalam amanat sambutannya, Sultan HB X mengingatkan bahwa kalau merenungkan sejarah perjuangan bangsa, maka maknanya yang sekarang pantas dipetik adalah "kembali pada semangat kejuangan Yogyakarta yang dijiwai asas kerakyatan dan laku prasaja (berlaku sederhana. - Red), agar dengan demikian generasi muda calon pemimpin bangsa tetap setia pada semangat kerakyatan dan kesederhanaan itu, yang memang merupakan akar budaya bangsa yang sebenar-benarnya."
"Banyak penguasa yang senantiasa mencari makna simbolik di balik setiap peristiwa. Apa lagi jika simbolisasi itu dimaknakan justru dengan tafsir yang salah-kaprah, yang seakan tak terbantah karena keluar dari fatwa sang penguasa," kata Sultan HB X.

Sultan HB X kemudian memberikan beberapa contoh. Ora-ilok (tidak pantas - Red) diartikan tidak boleh mengkritik penguasa. Mbeguguk ngutha waton(keras kepala -Red), dan mbalelo (membangkang -Red), hanya disandangkan bagi rakyat yang menuntut haknya sehingga pantas digebug (dihantam dengan pemukul -Red) dan dilibas, dan bukannya bagi penguasa yang sudah tak bisa menangkap aspirasi rakyat karena terlalu asyik dengan permainan kekuasaan saja. Lalu, aja dumeh (jangan mentang-mentang -Red) malah dialamatkan hanya bagi rakyat yang tergusur, bukannya bagi mereka yang menggusur dan makmur di atas pundak rakyat banyak. Dan unggah-ungguhing trapsila (tata krama - Red) yaitu tepa salira dan ewuh-pekewuh (tenggang rasa -Red) hanya boleh dikenal oleh rakyat, bukan bagi pejabat yang korup maupun kolusi dan lain sebagainya.

Semua itu, menurut Sultan HB X, adalah krisis moral yang berlanjut pada krisis kepercayaan rakyat pada penguasa. "Kita sudah lama menaruh kekhawatiran besar. Karena ketakutan struktural, maka makna yang salah kaprah itulah yang dibenarkan penguasa di level (tingkat) bawahan, yang semakin ke bawah semakin melenceng dari makna yang sejati. Sedihnya, bahkan sering bertolak belakang dengan makna yang diajarkan oleh para leluhur," ujarnya kemudian.
"Dan memang, sungguh kita sedang berada di ujung jalan, atau di permulaan jalan baru yang mungkin saja masih panjang, di mana dituntut peran segenap rakyat guna mengantar bangsa ini ke gerbang cita-cita," kata Sultan HB X.

Sultan HB X menegaskan, dengan Proklamasi 17 Agustus 1945 maka kedaulatan adalah berada di tangan rakyat, dan dengan Maklumat 5 September 1945 maka rakyat Yogyakarta mendukung Proklamasi dan berpihak kepada Republik. Maklumat itu dibuat oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX, yang antara lain menyatakan wilayah Kesultanan Yogyakarta menjadi daerah istimewa dalam negara Republik Indonesia.
"Maka adalah panggilan sejarah, jika sekarang segenap komponen rakyat Yogyakarta tampil mendukung Gerakan Reformasi Nasional bersama kekuatan reformasi yang lain." kata Sultan HB X. "Untuk itu saudara-saudaraku rakyat Yogyakarta, saya bersama Sri Paduka Paku Alam VIII menyampaikan maklumat bagi bangsa dan rakyat Yogyakarta."

Yang salah, seleh
"Sikap saya ini sesuai dengan amanat almarhum Sri Sultan Hamengku Buwono IX (ayahnya-Red), bahwa yang salah akan seleh (yang salah harus mengaku dan meletakkan jabatan-Red). Dan perjuangan yang lurus akan diridhoi Tuhan. Dalam situasi seperti ini, tidak ada pilihan lain kecuali memihak kepada rakyat. Rakyat jangan hanya jadi obyek ketidakadilan terus-menerus. Semuanya itu telah tamat," ujar Sultan HB X kepada pers kemudian, sambil menambahkan harapannya bahwa Yogyakarta agar menjadi kota pelopor gerakan reformasi secara damai.

Teriakan dan sambutan Hidup Sultan! Hidup Sultan! segera membahana di UGM. Hal serupa terulang kembali dalam suasana gegap gempita di Alun-alun Utara Yogyakarta, usai Sultan membacakan Maklumat tentang reformasi.
Tentang ajakan untuk mendukung gerakan reformasi, Sri Sultan menegaskan, apakah reformasi akan berjalan cepat atau lambat, yang penting Sultan telah melaksanakan kewajibannya menyampaikan aspirasi rakyat, dengan tanpa prasangka, tanpa ambisi, tanpa menyebut nama orang. "Saya 'kan bukan politisi yang harus bernegosiasi, kapasitas saya ya sekadar sebagai kekuatan moral. Maka terserah bagaimana maklumat itu ditafsirkan oleh penguasa. Yo mung kuwi, terserah le nafsirke (ya cuma itu, terserah penafsirannya-Red).

Sebelum itu, dalam suatu orasi kampus UGM dihadapan sekitar 40.000 mahasiswa, Sultan HB X juga sudah menyatakan dukungan pada gerakan reformasi. "Saya siap memimpin perjuangan yang panjang untuk reformasi ini bersama saudara-saudara di garda depan," katanya tegas.
Sebab, menurut Sultan HB X, apa yang dilakukan pemerintah saat ini dengan rencana membentuk Komite Reformasi, bagi pemerintah dan sekelompok orang memang dianggap cukup, tapi tidak cukup bagi rakyat.

Massa sejuta, tak ada korban
Ketika membacakan maklumat itu, Sultan HB X di dampingi Gubernur DIY Paku Alam VIII. Hadir dalam kesempatan ini permaisuri Sultan HB X, GKR Hemas bersama beberapa putrinya, Rektor UGM Prof Dr Ichlasul Amal, Rektor Universitas Atma Jaya Yogyakarta Drs Kussumadmo MM, mantan Dirjen Kebudayaan Drs KGPH Poeger, keluarga Keraton dan Pakualaman Yogyakarta: GBPH Joyokusumo, GBPH Prabukusumo, KPH Wijoyokusumo, serta Mayor (Pol) Suyono mewakili Kapolda DIY, sejumlah besar seniman Yogyakarta, dan sejumlah tokoh mahasiswa yang tergabung dalam Forum Senat Mahasiswa Yogyakarta.

Massa rakyat yang hadir dan mengikuti acara ini, berjumlah sekitar satu juta orang, duduk berhimpitan dan berdiri berdesakan hening menyimak. Mereka ini bukan hanya pemuda atau mahasiswa, tetapi juga orang-orang yang tua dan sederhana, dari yang dengan tabah menempuh jalan yang padat, dan sabar menantikan pernyataan Sultan HB X.

Pagelaran dan Alun-alun Utara depan Keraton Yogyakarta penuh massa. Sebagian lagi -karena tak bisa masuk ke kedua tempat itu - berdesak-desakan di Jl Trikora, disambung A Yani, Malioboro, hingga P Mangkubumi sepanjang empat kilometer. Juga dipadati Jl KH Ahmad Dahlan, P Senopati, Brigjen Katamso, Mayor Suryotomo dan jalan-jalan kecil di sekitar Keraton Yogyakarta.
Mereka berdatangan sejak pagi hari ke Pagelaran Keraton dari 11 titik pemberangkatan yang sudah ditetapkan, dan kembali sore hari pulang dengan sama tertibnya di titik-titik itu pula. Kantor pemerintah, hotel, toko dan pusat pertokoan, pedagang kaki lima, penduduk kampung, gabungan pengusaha Pamitra Yogyakarta, berbagai organisasi kemasyarakatan, serta lembaga media massa, ikut mendukung acara ini dengan menyediakan makanan dan minuman untuk massa yang berjalan kaki ke arah satu titik, Keraton.

Widi Hasto W Putro, Ketua Panitia Penyelenggara Aksi Gerakan Rakyat Yogyakarta mengatakan suksesnya aksi reformasi damai di Yogyakarta, dibuktikan dengan tidak adanya kerusuhan dan mahasiswa yang terluka, setelah pihaknya mencek ke seluruh Tim Kesehatan dan berbagai rumah sakit yang mendukung aksi rakyat Yogyakarta ini. "Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ngarso Dalem (Sultan HB X-Red), karena selama ini setiap kami akan menghadap Sultan HB X selalu terhambat oleh aparat keamanan. Tapi kali ini justru Ngarso Dalem membuka diri menyediakan pagelaran dan alun-alun untuk melaksanakan aksi ini," katanya.
Hingga sekitar pukul 18.00, massa peserta aksi gerakan reformasi masih terus mengalir di beberapa penggal jalan untuk kembali ke tempat mereka masing-masing. Selain diwarnai dengan teriakan dan yel-yel perjuangan, sebagian massa mahasiswa dan masyarakat mempertunjukkan kepandaian mereka bermain musik dan menyanyi lagu-lagu perjuangan, serta performance di sepanjang jalan. (top/hrd)



MAKLUMAT SRI SULTAN HAMENGKU BUWONO X DAN KGPAA PAKU ALAM VIII

Kami SRI SULTAN HAMENGKU BUWONO X dan K.G.P.A.A. PAKU ALAM VIII atas dasar tradisi kejuangan yang dijiwai oleh asas kerakyatan yang murni serta dengan berpegangan pada Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 dan Maklumat Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan K.G.P.A.A. PAKU ALAM VIII tanggal 5 September 1945, menyatakan bahwa:

1. Kami mengajak masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta dan seluruh rakyat Indonesia untuk bersama kami mendukung Gerakan Reformasi dan memperkuat kepemimpinan nasional yang sungguh-sungguh memihak rakyat.

2. Kami mengajak seluruh ABRI dalam persatuan yang kuat untuk melindungi rakyat dan Gerakan Reformasi sebagai wujud kemanunggalan ABRI dan Rakyat.

3. Kami mengajak semua lapisan dan golongan masyarakat di Daerah Istimewa Yogyakarta dan seluruh Indonesia untuk menjaga kesatuan dan persatuan bangsa dan mencegah setiap tindakan anarkis yang melanggar moral Pancasila.

4. Kami menghimbau masyarakat di Daerah Istimewa Yogyakarta dan seluruh Indonesia untuk berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing untuk keselamatan Negara dan Bangsa.



Sumber: http://www.seasite.niu.edu/indonesian/Reformasi/Chronicle/Kompas/May21/sult01.htm


3 Idiots termasuk film yang sangat memorial dalam kehidupan saya dan mungkin juga bagi banyak orang. 3 Idiots tidak hanya sekedar tontonan yang menghibur, namun juga sarat dengan pembelajaran tentang hidup, khususnya di bidang pendidikan. Dalam film tersebut banyak pelajaran yang bisa diambil seperti tentang filosofi belajar, tenatang makna bekerja, tentang bagaimana melakukan sesuatu dengan penuh keikhlasan, tentang sikap berbagi terhadap sesama dan tentang bagaimana menyederhanakan masalah. Dalam tulisan saya akan ulas pelajaran dari 3 Idiots tentang bagaimana menyederhanakan masalah.

Ada bagian atau scene yang menjadi sangat memorable bagi yang pernah nonton film terebut yakni ketika Rancho diminta menjelaskan tentang definisi mesin oleh dosen tekniknya. Rancho berupaya menjelaskan dengan bahasa sederhana bahwa mesin adalah sesuatu yang digunakan untuk mengurangi peluang keteledoran manusia. Namun sang dosen tak puas dan meminta Rancho untuk menjelaskan lebih rinci.

Dengan kesabaran, Rancho pun memenuhi keinginan dosen tersebut untuk kembali menjelaskan definisi mesin dengan bahasa sederhana dan disertai contoh-contohnya sebagai berikut:

"Semua yang bisa meringankan kerja manusia adalah mesin, Saat gerah! tekan tombol, angin bertiup, Kipas Angin adalah mesin, Pak!. Anda bisa berbicara dengan teman dari jarak jauh, Telepon adalah mesin, Pak! Menghitung dalam waktu singkat, Kalkulator adalah mesin, Pak"

Kemudian Rancho menegaskan penjelasan tentang pentingnya mesin:

"Sebenarnya kita sudah sangat bergantung pada mesin, Pak. Mulai dari ballpoint sampai resleting, semua adalah mesin, Pak!" sembari memperagakan 'mesin' resletingnya dan berseloroh: "Detik pertama naik, detik kedua turun, naik, turun, naik, turun"

Namun ternyata sang dosen tak puas dengan penjelasan Rancho tersebut. Sampai-sampai sang dosen menegaskan bahwa tak mungkin mahasiswa menjelaskan definisi mesin di saat ujian dengan jawaban: "Ini adalah mesin, naik, turun, naik, turun"

Selanjutnya sang dosen meminta Chatur untuk memberikan definisi mesin. Dan dengan 'gaya hapalan' Chatur menjelaskan bahwa definisi mesin adalah:

"Sebuah kombinasi dari rangka-rangka yang terhubungkan oleh gerakan relatif dan memunculkan tegangan dimana adanya gaya dan gerakan tersebut ditransmisikan dan diubah oleh sebuah sekrup dalam sebuah titik haluan atau suatu titik tumpu pembalikan haluan atau katrol pada porosnya. Lebih khusus lagi adalah sebuah konstruksi dari lebih atau kurang gabungan bagian-bagian yang bergerak atau elemen-elemen mekanik sederhana seperti roda, tuas, kamera dan lain sebagainya."

Mendengar jawaban Chatur, langsung saja sang dosen menjadi puas. Namun Rancho mencoba membela diri bahwa apa yang dijelaskan oleh Chatur sebenarnya sama persis dengan apa yang dijelaskan olehnya, hanya saja dengan bahasa yang sederhana. Dan bisa diduga sang dosen tetap tidak bisa menerima argumentasi Rancho. Sang dosen menginginkan mahasiswa untuk menjelaskan definisi mesin persis seperti apa yang tertulis dibuku atau letterlijk (letterlek). Bahkan sang dosen menyuruh Rancho untuk keluar ruangan karena sudah 'membangkang' dengan prinsip dosen tersebut.

Rancho pun melangkah keluar namun sejurus kemudian dia membalikan badan kembali ke kursi tempat duduknya untuk mengambil bukunya yang ketinggalan di kursi. Sang dosen terheran menanyakan kenapa Rancho balik lagi. Rancho menyampaikan bahwa ia lupa sesuatu. Kemudian sang dosen menyatakan lupa apa? Dan di sesi inilah Rancho memberikan pelajaran kepada sang dosen dengan menjelaskan definisi buku dengan ribet:

"Instrument yang merekam, menganalisis, meringkas, mengorganisasi diskusi dan menjelaskan informasi yang diilustrasikan atau tidak diilustrasikan oleh sampul tebal yang terbungkus atau tidak di awali dengan pengantar dan indeks daftar isi yang mengarahkan pencerahan dan pengayaan pemahaman serta pendidikan otak manusia melalui sensor pandangan ... kadang-kadang perasaan!!"

Kontan saja sang dosen bengong dengan penjelasan Rancho tersebut kemudian bertanya apa yang dimaksud Rancho dengan menjelaskan kalimat yang panjang tersebut. Dan Rancho pun menegaskan bahwa ia sebenarnya ingin mengambil buku, namun karena dosen tidak menyukai bahasa yang sederhana maka ia menjelaskan definisi buku yang lebih rumit.

Apa pelajaran yang bisa kita ambil dari sekuel film 3 Idiots ini?

Mari kita perhatikan bahwa banyak sekali terjadi misunderstanding dalam sebuah kehidupan komunikasi antar manusia hanya karena kita tidak mampu menempatkan bahasa yang pas. Bahasa yang mudah dipahami oleh kedua belah pihak. Bahasa yang rumit untuk orang yang tidak ingin rumit akan menjadi masalah. Begitu pula bahasa terlalu sederhana yang disampaikan dalam sebuah kajian ilmiah yang sistematis juga bisa membuat masalah.

Dalam konteks ini sebenarnya yang menjadi kata kunci dan dibutuhkan adalah kesepemahaman komunikasi antar sesama. Bukan pada persoalan jenis bahasa atau redaksi yang digunakan. Di sinilah pentingnya kita untuk memahami audiens. Ketika kita berbicara dengan seorang anak kecil maka gunakanlah bahasa anak-anak. Ketika kita bertemu dengan seorang yang analitis, maka sebaikny akita pun dapat mengimbangi kemampuan analitis ornag tersebut dengan bahasa yang sesuai pula. Namun ketika kita menghadapi orang yang gak mau ribet, maka kita pun sebaiknya menggunakan bahasa yang gak ribet. Prinsipnya sesuai dengan kebutuhan kedua belah pihak. Bahasa vikinya sih  sinkronisasi atau gatukisasi.

Penyederhanaan bahasa yang digunakan dalam berkomunkasi adalah salah satu upaya kita dalam menyelesaikan masalah karena kesederhanaan bahasa yang kita gunakan dalam berkomuikasi adalah juga bagian dari penyederhanaan masalah. Banyak sekali masalah menjadi runcing karena kita tak mampu berkomunikasi secara efektif dengan keseragaman bahasa. Parahnya lagi, kita tidak berani menanyakan pada orang yang bersangkutan tentang apa maksud dari yang disampaikan ketika kita masih belum mengerti.

Dalam kasus rumah tangga misalnya. Bahasa pria dan bahasa wanita tentu saja berbeda. Pria cenderung menggunakan bahasa yang kuat dengan pemahaman pemikiran sementara wanita cenderung menggunakan bahasa yang kuat dengan pemahaman perasaan. Maka dalam berkomunikasi, kita sebaiknya mampu untuk menyesuaikan bahasa yang kita gunakan ketika berbicara dengan suami atau istri kita seusai ruang dan waktu yang dibutuhkan. Hindarilah terlihat dominan dalam memahami masing-masing karena bisa jadi bahasa yang kita gunakan tidak dimengerti oleh pasangan kita.

Saya pernah membuat kutipan bahwa: "Keunggulan potensi pemahaman pemikiran bagi laki-laki dan pemahaman perasaaan bagi perempuan akan menjadi kekuatan luar biasa jika keduanya saling menguatkan satu sama lain. Namun akan menjadi kehancuran yang nyata jika keduanya saling melemahkan untuk terlihat menjadi dominan dan saling menguasai."

Kehidupan akhir zaman sudah semakin kompleks yang memunculkan permasalahan yang kompleks pula. Maka marilah kita terbiasa menyederhanakan masalah dengan mengawalinya melalui penyederhanaan bahasa komunikasi.



Seperti dialog Film 3 Idiots tersebut, manusia bukanlah mesin. Mesin hanya alat bantu untuk meringankan pekerjaan manusia. Yang terpenting adalah bagaimana manusia bisa berkomunikasi tak seperti mesin yang harus bicara A ketika diperintah A atau bicara Z ketika diperintah Z. Namun manusia adalah makhluk yang cerdas yang dapat menguatkan potensi kecerdasan yang dimilikinya untuk mempu menyederhanakan berkomunikasi sesuai dengan kondisi audiens nya.

”Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhannya yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka Qaulan Maysura –ucapan yang mudah” (QS. Al-Isra [17]: 28).

Wallahu a'lam

Contact Form

Name

Email *

Message *

Labels

Translate

Revolusi Akal dan Hati

Melewati sisi waktu yang tak terhenti, bernaung dalam ruang yang tak terbatas, untuk sebuah pemahaman yang tak berujung ...

Total Pageviews